KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga tahun terakhir, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menopang perekonomian Indonesia. Dari tahun ke tahun, sumbangsih industri ini selalu berada di angka 20% dengan laju pertumbuhan stabil. Merujuk data pemerintah,kKontribusi industri manufaktur ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2018, mencapai angka 20,5% atau lebih tinggi dari kontribusi rata-rata setiap industri. Dari segi nilai, pertumbuhan manufaktur Indonesia menyentuh angka Rp 2.555 triliun dengan nilai pertumbuhan sebesar 4,87%. Kendati demikian, industri manufaktur mengalami stagnasi pertumbuhan bahkan cenderung melambat. Menurut Bank Dunia, industri ini menyumbang 21,5% dari total PDB di tahun 1995 tetapi hanya mampu menyumbang 16,6% di tahun 2015. Kondisi yang memengaruhi perubahan ini di antaranya tren ekonomi yang sebelumnya berbasis produk atau dikenal dengan ekonomi konvensional menjadi ekonomi yang berorientasi jasa; kurangnya sumber daya dan keterampilan digital, serta budaya perusahaan yang tidak mampu mengakomodasi transformasi digital. Samuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jendral Aplikasi Informatika, Kominfo mengatakan, transformasi digital terus digalakkan di berbagai sektor bisnis, termasuk industri manufaktur. Pemerintah telah menciptakan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang mendorong pengadopsian teknologi seperti komputasi awan. “Sat ini mulai banyak dijalankan oleh perusahaan-perusahaan dan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta,” katanya dalam Seminar Diseminasi Hasil Riset dengan tema “Klasifikasi Data di Era Komputasi Awan yang digelar Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Kamis (31/1).
Klasifikasi data penting untuk peningkatan industri manufaktur
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga tahun terakhir, industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang menopang perekonomian Indonesia. Dari tahun ke tahun, sumbangsih industri ini selalu berada di angka 20% dengan laju pertumbuhan stabil. Merujuk data pemerintah,kKontribusi industri manufaktur ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2018, mencapai angka 20,5% atau lebih tinggi dari kontribusi rata-rata setiap industri. Dari segi nilai, pertumbuhan manufaktur Indonesia menyentuh angka Rp 2.555 triliun dengan nilai pertumbuhan sebesar 4,87%. Kendati demikian, industri manufaktur mengalami stagnasi pertumbuhan bahkan cenderung melambat. Menurut Bank Dunia, industri ini menyumbang 21,5% dari total PDB di tahun 1995 tetapi hanya mampu menyumbang 16,6% di tahun 2015. Kondisi yang memengaruhi perubahan ini di antaranya tren ekonomi yang sebelumnya berbasis produk atau dikenal dengan ekonomi konvensional menjadi ekonomi yang berorientasi jasa; kurangnya sumber daya dan keterampilan digital, serta budaya perusahaan yang tidak mampu mengakomodasi transformasi digital. Samuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jendral Aplikasi Informatika, Kominfo mengatakan, transformasi digital terus digalakkan di berbagai sektor bisnis, termasuk industri manufaktur. Pemerintah telah menciptakan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang mendorong pengadopsian teknologi seperti komputasi awan. “Sat ini mulai banyak dijalankan oleh perusahaan-perusahaan dan institusi lain, baik pemerintah maupun swasta,” katanya dalam Seminar Diseminasi Hasil Riset dengan tema “Klasifikasi Data di Era Komputasi Awan yang digelar Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Kamis (31/1).