KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Thomas Nifinluri menyampaikan, fenomena El Nino di Indonesia memicu kekeringan dan panjangnya hari tanpa hujan yang akan berpotensi pada meningkatnya jumlah titik api. Kondisi tersebut tentunya menyebabkan mudahnya terjadinya karhutla. Adapun sesuai dengan prediksi Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) tahun 2023 di Indonesia El Nino terjadi mulai level rendah hingga moderat, yang menyebabkan beberapa daerah kondisinya lebih kering sehingga memerlukan upaya yang lebih kuat untuk mengendalikan karhutla. Ia menjelaskan, berdasarkan penghitungan luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sampai periode Juli 2023 adalah 90.405,15 hektar (Ha). Luas karhutla tahun 2023 terdapat kenaikan akumulasi luas karhutla sebesar 2.237,71 Ha atau 2,54% dibandingkan periode tahun 2022.
Baca Juga: 9 Hektare Hutan Gunung Lawu Terbakar, Diduga Akibat Kemarau "Sedangkan dibandingkan dengan tahun 2019 di mana kondisi cuaca hampir menyerupai tahun 2023 dengan adanya fenomena El -Nino terdapat penurunan akumulasi luas karhutla sebesar 46.602,25 Ha atau 34,01%," kata Thomas kepada Kontan.co.id, Minggu (3/1). Thomas mengatakan, luas karhutla tertinggi ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal tersebut lantarandidominasi oleh padang savana seluas 28.718,34 Ha dan Kalimantan Barat yang banyak terdapat lahan gambut seluas 12.537,57 Ha. Beberapa kejadian karhutla di gunung kata Thomas sedang ditangani oleh tim satgas dalkarhutla setempat yaitu Gunung Lawu, Gunung Sumbing, Gunung Ciremai serta Gunung Arjuno yang merupakan bagian dari Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo. "Tim satgas dalkarhutla terus mengupayakan pemadaman hingga api dipastikan padam. Untuk itu menghimbau kepada semua pihak pada saat puncak kemarau ini agar menghindari tindakan yang akan menimbulkan karhutla," imbuhnya. Sebagai langkah antisipasi karhutla dilakukan upaya-upaya pengendalian karhutla. Diantaranya, menggiatkan patroli pencegahan karhutla, baik patroli mandiri yang dilakukan Manggala Agni maupun patroli terpadu yang beranggotakan tim yang terdiri dari Manggala Agni bersama anggota POLRI, TNI, tokoh masyarakat dan Masyarakat Peduli Api (MPA) sepanjang tahun. Kedua, penyadartahuan pencegahan karhutla melalui sosialisasi dan kampanye kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai media. Ketiga, koordinasi dan komunikasi intensif antar
stakeholder terkait pengendalian karhutla dari tingkat pusat, daerah hingga ke tingkat tapak. Keempat, pelaksanaan rekayasa cuaca melalui operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk pembasahan areal gambut sebagai upaya menurunkan potensi karhutla. Monitoring dan deteksi dini hotspot yang terpantau oleh karhutla monitoring system.
Baca Juga: Meski Ada Potensi Hujan, Tetap Waspadai Karhutla di Kalbar Kemudian, verifikasi lapangan/
groundcheck hotspot yang terpantau. Ketujuh, dilakukan peningkatan peran serta masyarakat melalui aktivasi kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA).
"Selanjutnya, pemadaman darat secara dini jika ditemukan karhutla, pemadaman udara terutama di lokasi
remote area dengan aksesibiltas yang sulit dan tentunya penegakan hukum terus dilakukan," kata Thomas. Thomas menuturkan, KLHK bersama para pihak telah mengalokasikan anggaran pengendalian karhutla untuk mendukung kegiatan pencegahan karhutla, penanggulangan dan penanganan pasca karhutla. "Terdapat mobilisasi sumber daya para pihak/lintas sektor untuk keterpaduan pengendalian karhutla yang meliputi sarana prasarana serta sumber daya manusianya, operasional pemadaman, dan penanganan pasca," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .