KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kaum hawa sangat mengidamkan wajah dan kulit yang rupawan. Tak heran jika klinik kecantikan yang menawarkan aneka rupa perawatan bagi wajah dan kulit tumbuh dimana-mana. Tak cuma di area perumahan tapi juga di pusat belanja. Maklum, potensi bisnis perawatan dan kecantikan tersebut masih berseri hingga kini. Tak jarang para pebisnis klinik kecantikan ada yang langsung berani menawarkan kemitraan usaha supaya bisnisnya bisa cepat berkembang. Ekspansi tesebut tidak terlepas dari perkembangan teknologi kecantikan yang terus eksis hingga kini. Namun teknologi digital juga mulai merambah bisnis kecantikan yang menawarkan ragam produk kecantikan. Menarik untuk kita simak apakah bisnis kemitraan usaha klinik kecantikan tersebut hingga kini masih bisa bertahan? Bagaimana dengan klinik kecantikan yang menggunakan label asing? Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan singkat soal
review kemitraan klinik kecantikan.
- Bio Beauty Skin Care Klinik kecantikan yang beroperasi sejak 2009 ini berasal dari Balikpapan Kalimantan Timur. Mereka menawarkan kemitraan sejak 2011. Seiring perkembangan usaha, Bio Beauty Skin Care telah mengubah label dan menjadi Beauty Care Muslimah pada 2017. Sejak itu mereka mengkhususkan diri bagi muslimah. Menurut Yusuf Satya, Marketing Beauty Care Muslimah, tidak ada alasan khusus yang melatarbelakangi perubahan label tersebut. "Agar lebih mudah dan simple saja," katanya kepada KONTAN. Seiring dengan perubahan label tersebut, sejauh ini pihak manajemen Beauty Care Muslimah belum berencana menawarkan kemitraan. Sehingga pihaknya belum bisa memberi gambaran soal target ekspansi dan bisnis. Sebagai gambaran, selain di Balikpapan, Beauty Care Muslima juga punya cabang gerai klinik kecantikan milik sendiri di Malang, Jawa Timur. "Kami belum fokus menawarkan kemitraan," tuturnya. Sebelum berganti nama, klinik ini sempat menawarkan paket investasi pada 2015. Nilai investasi mulai Rp 300 juta, Rp 450 juta, dan Rp 600 juta. Namun hingga saat ini mereka menggandeng mitra satu pun.
- The Emdee Skin Clinic Bisnis klinik kecantikan lainnya yang menawarkan kemitraan adalah The Emdee Skin Clinic besutan Johannes Wibisono. Usaha ini memiliki basis operasional di Surabaya Jawa Timur. Usaha ini berdiri sejak April 2013 di bawah bendera PT Maju Dinamika Indovestama dan menawarkan kemitraan mulai 2014. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini Mei 2018, The Emdee telah memiliki tujuh gerai yang tersebar di Surabaya, Kediri, Palembang, Tangerang Selatan, dan Batam. Tiga gerai diantaranya milik pusat dan selebihnya milik mitra. Kini The Emdee tengah mempersiapkan satu gerai baru yang akan meluncur pekan depan. "Minggu depan rencananya akan ada satu gerai baru di Semarang. Jadi total gerai kami tahun ini yang beroperasi ada delapan gerai," katanya kepada KONTAN, Jumat (5/7). Johannes mengatakan jika memang pertumbuhan gerai klinik kecantikan miliknya tidak terlalu agresif. Ia ingin lebih menjaga kualitas dibandingkan kuantitas. "Bisnis ini beda dengan restoran atau kafe. Lisensi dan sistemnya beda. Dan saya fokus pengembangan di setiap gerai supaya gerai mitra bisa berjalan," jelasnya. Bila tahun lalu The Emdee menawarkan paket investasi Rp 3,5 miliar hingga Rp 4 miliar, kini sistem paket investasi tidak lagi dijalankan. Johannes merubah sistemnya menjadi sistem lisensi saja. Lisensi The Emdee dipatok senilai Rp 400 juta untuk jangka waktu lima tahun. Sedangkan untuk modal investasi akan disesuaikan dengan kebutuhan mitra dan standar pusat. Adapun peralatan dan perlengkapan usaha disesuaikan dengan kemampuan mitra. Yang jelas, modal yang harus disiapkan mitra adalah sebesar Rp 2 miliar sampai Rp 4 miliar, tergantung luas lokasi usaha dan kapasitas bisnis calon mitra. Mitra dapat mengantongi omzet Rp 600 juta hingga Rp 700 juta per bulan. Biaya paket perawatan The Emdee kini dibanderol mulai Rp 300.000 sampai Rp 5 juta. Johannes mengungkapkan dalam menjalankan bisnis klinik kecantikan harus bisa mengikuti tren yang sedang berkembang di masyarakat. Menurutnya, saat ini tren yang tengah berkembang adalah cantik ala Korea. "Kami menyediakan paket kecantikan tersebut," ucapnya. Meski masih mengakui potensi bisnis kecantikan masih menjanjikan, namun kendala usaha tentu tetap ada. Misalnya mencari lokasi yang strategis baik itu untuk sewa atau beli dengan harga wajar. Melihat kendala tersebut, Johanes tahun ini bakal fokus mengembangkan gerai baru milik mitra di Semarang. Sebab, Maklum, satu gerai baru butuh bimbingan satu tahun. Setelah gerai di Semarang beras, ada kemungkinan masuk ke Jakarta.
- deLovely (DLV) Pemain di bisnis kecantikan lainnya adalah deLovely yang sudah berdiri sejak 2013. Saat diulas KONTAN pada 2016 klinik yang berasal dari kota Surabaya ini memiliki tiga mitra yang sudah bergabung. Kini klinik deLovely sudah bertambah menjadi lima gerai mitra dan satu milik pusat. "Empat gerai mitra ada di Surabaya, satu di Bekasi dan satu lagi di Sidoarjo yang
coming soon akhir 2019," kata Chelsea Adikoesoemo pendiri dan Direktur Medis deLovely kepada KONTAN. Tiga tahun lalu deLovely menawarkan dua paket investasi yaitu paket senilai Rp 750 juta dan Rp 1,4 miliar. Lantaran sekarang klinik kecantikan tersebut sudah
rebranding dari deLovely menjadi DLV pada tahun ini, maka akan ada perubahan nilai investasi. Hanya saja, Chelsea belum membuka kisaran nilai investasi yang baru lantaran masih tahap pematangan. "Mestinya bisa keluar angka investasi sekitar dua bulan dan tiga bulan lagi karena masih tahap penggodokan," katanya. Saat ini deLovely atau DLV sedang fokus menyelesaikan proyek di Sidoarjo dan memantapkan
rebranding. Menurutnya DLV perlu membangun pondasi bisnis yang kuat agar bisa mengembangkan usaha klinik kecantikan ini. Salah satunya dengan menambah fitur layanan. Yang terbaru mereka meluncur
intense pulse light yakni layanan proses pemutihan dan peremajaan kulit dan wajah serta mengatasi jerawat. Dengan fitur tambahan tersebut, ia menargetkan bisa menjaring hingga enam gerai mitra sampai akhir tahun ini. Namun ia tidak bakal sembarangan dalam menjaring mitra bisnis. Sejak awal ia akan selektif dalam memilih mitra yang ingin bergabung. Untuk itu ia mengkomunikasikan maksud ini ke mitra sejak awal bekerjasama. Ia juga ingin memberi laporan perkembangan bisnis secara periodik kepada mitra.
Komunikasi yang baik dengan mitra harus dilakukan DLV lantaran perusahaan ini baru saja melakukan perubahan label. Maka semua langkah operasional perusahaan termasuk dengan mitra menjadi wajib dilakukan. Guna mengatasi persoalan
branding tersebut, ia akan selalu membuat tim kerja yang kompak dan solid, baik itu dari sisi internal perusahaan, maupun dalam koordinasi antar divisi. Termasuk juga dengan para mitra. Chelsea percaya, setiap orang dan karyawan pasti punya talenta yang berbeda dan punya ciri khas. Dan jika talenta dari pekerja disatukan dan hasilnya positif, maka ia yakin bisa memberi efek bagus bagi DLV. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon