KNKT butuh waktu seminggu teliti black box Sukhoi



JAKARTA. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk meneliti data kotak hitam milik pesawat Sukhoi Superjet 100 yang baru saja ditemukan. Rekaman dari kotak hitam itu dinilai akan memberikan informasi signifikan bagi penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat buatan Rusia tersebut.

Hal itu diungkapkan Ketua Tim Investigasi dari KNKT, Prof Mardjono Siswosuarno, Rabu (16/5), di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. "Kalau satu tahun itu untuk menulis laporan lengkapnya, tapi kalau seminggu ini mudah-mudahan selesai," kata Mardjono.

Perkiraan itu didapat Mardjono dengan membandingkan kasus-kasus lainnya seperti kecelakaan pesawat Garuda Indonesia yang terbakar di Yogyakarta pada tahun 2009. Saat itu, kotak hitam pesawat Garuda Indonesia ditemukan dalam kondisi tidak utuh.


"Kotak hitamnya meleleh dan ada lubangnya makanya cukup sulit waktu itu. Bahkan perlu dibawa ke Amerika Serikat untuk baca datanya. Butuh waktu 1,5 bulan," ujarnya.

Tetapi, kondisi CVR (cockpit voice recorder), salah satu komponen kotak hitam yang ditemukan tim Kopassus di antara puing-puing pesawat Sukhoi Superjet 100 dinilai cukup baik. Kondisi CVR saat ditemukan masih utuh kendati berwarna hitam karena terbakar. Seharusnya, warna komponen-komponen kotak hitam adalah oranye untuk memudahkan pencarian.

Mardjono menjelaskan, proses paling sulit dalam membaca kotak hitam adalah proses transkrip. "Kalau transkrip suara ke tertulis tidak boleh tertinggal detik demi detik. Proses transkrip ini lama karena harus ada penerjemah dari Rusia ke Inggris dan ke Indonesia," ucapnya.

Tim Charlie Kopassus berhasil menemukan keberadaan kotak hitam atau black box milik pesawat Sukhoi Superjet 100 pada Selasa (15/5/2012) di tebing Gunung Salak, Jawa Barat. Namun, di dalam kotak hitam itu ternyata hanya ditemukan cockpit voice recorder (CVR). Sementara itu, komponen lain dari kotak hitam, yakni flight data recorder (FDR), hingga kini masih belum ditemukan. Adapun, FDR berfungsi untuk mencatat ketinggian, kecepatan, tekanan udara, dan kondisi cuaca selama penerbangan. Sementara CVR berfungsi untuk merekam pembicaraan antara pilot dan pemandu lalu lintas udara atau air traffic control (ATC).

Jika FDR nantinya tidak ditemukan, KNKT tetap bisa bekerja dengan menggunakan bahan-bahan tambahan dari ATC seperti soal rute sampai percakapan antara petugas ATC dan pilot serta data-data lain soal rute penerbangan Sukhoi Superjet 100 sesaat sebelum kecelakaan terjadi.(Sabrina Asril/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can