JAKARTA. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang menyebut bahwa status terakhir dari pesawat komersial Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA 36801 adalah distress alias hilang kontak. Tatang menyebut bahwa pesawat dalam keadaan laik terbang.Penerbangan yang juga mengangkut sejumlah rekan media ini, merupakan penerbangan kedua kalinya pesawat RA 36801. Penerbangan pertama pesawat ini dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 11.00 WIB menuju Pelabuhan Ratu dan kembali lagi ke Halim Perdanakusuma.Selanjutnya, setelah melakukan pengecekan, pesawat ini kembali mengudara pada pukul 14.12 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, dengan tujuan yang sama. Namun pada penerbangan kedua ini, pilot pesawat yang berasal dari Rusia, meminta turun pada ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki.Di ketinggian inilah, pesawat mengalami hilang kontak dengan menara pengawas. "Kalau terjadi kecelakaan, pesawat dalam ICO. Ada kepentingan besar antara Rusia dan Indonesia. Pesawat itu memiliki state of operation Rusia, tapi state of victim Indonesia," tutur Tatang.Tatang melanjutkan bahwa jika terdapat kecelakaan pesawat sipil atau komersial, maka tata cara pencarian dilakukan dengan cara internasional. KNKT, lanjut Tatang akan memimpin pencarian hilang kontaknya pesawat komersial ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
KNKT: Status Sukhoi adalah lost contact
JAKARTA. Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang menyebut bahwa status terakhir dari pesawat komersial Sukhoi Superjet 100 dengan nomor penerbangan RA 36801 adalah distress alias hilang kontak. Tatang menyebut bahwa pesawat dalam keadaan laik terbang.Penerbangan yang juga mengangkut sejumlah rekan media ini, merupakan penerbangan kedua kalinya pesawat RA 36801. Penerbangan pertama pesawat ini dari Bandara Halim Perdanakusuma pukul 11.00 WIB menuju Pelabuhan Ratu dan kembali lagi ke Halim Perdanakusuma.Selanjutnya, setelah melakukan pengecekan, pesawat ini kembali mengudara pada pukul 14.12 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, dengan tujuan yang sama. Namun pada penerbangan kedua ini, pilot pesawat yang berasal dari Rusia, meminta turun pada ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki.Di ketinggian inilah, pesawat mengalami hilang kontak dengan menara pengawas. "Kalau terjadi kecelakaan, pesawat dalam ICO. Ada kepentingan besar antara Rusia dan Indonesia. Pesawat itu memiliki state of operation Rusia, tapi state of victim Indonesia," tutur Tatang.Tatang melanjutkan bahwa jika terdapat kecelakaan pesawat sipil atau komersial, maka tata cara pencarian dilakukan dengan cara internasional. KNKT, lanjut Tatang akan memimpin pencarian hilang kontaknya pesawat komersial ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News