JAKARTA. Direktur Eksekutif Pol-Track Institute Hanta Yudha AR berpendapat, model koalisi besar yang ingin dibentuk oleh Partai Gerindra tak menjamin akan memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari poros ini. Pasalnya, faktor figur akan lebih berpengaruh dibandingkan banyaknya partainya yang merapat. Hanta mencontohkan, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pertama kali dipilih berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pemilu 2004. Saat itu, Partai Demokrat hanya berkoalisi dengan tiga partai. Namun, faktor ketokohan SBY akhirnya mampu menenggelamkan duet Megawati-Hasyim Muzadi dan Wiranto-Salahudin Wahid yang didukung oleh banyak partai. "Jadi pileg dan pilpres beda, tidak selalu kongruen. Partai banyak, belum tentu juga calonnya menang. Kalau sudah pilpres, figur yang dominan, partai hanya untuk melengkapi syarat dan mengambil manfaat mesin politiknya," ujar Hanta saat dihubungi, Senin (14/4/2014).
Koalisi gemuk harapan Gerindra tak jamin menang
JAKARTA. Direktur Eksekutif Pol-Track Institute Hanta Yudha AR berpendapat, model koalisi besar yang ingin dibentuk oleh Partai Gerindra tak menjamin akan memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari poros ini. Pasalnya, faktor figur akan lebih berpengaruh dibandingkan banyaknya partainya yang merapat. Hanta mencontohkan, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pertama kali dipilih berpasangan dengan Jusuf Kalla pada Pemilu 2004. Saat itu, Partai Demokrat hanya berkoalisi dengan tiga partai. Namun, faktor ketokohan SBY akhirnya mampu menenggelamkan duet Megawati-Hasyim Muzadi dan Wiranto-Salahudin Wahid yang didukung oleh banyak partai. "Jadi pileg dan pilpres beda, tidak selalu kongruen. Partai banyak, belum tentu juga calonnya menang. Kalau sudah pilpres, figur yang dominan, partai hanya untuk melengkapi syarat dan mengambil manfaat mesin politiknya," ujar Hanta saat dihubungi, Senin (14/4/2014).