Kocek tetap aman saat dollar AS mahal



Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin dalam terbenam. Tujuan keuangan yang terkait kebutuhan mata uang terbitan negeri Paman Sam itu jelas terancam. Bagaimana langkah tepat dalam menghadapi situasi seperti ini agar tujuan keuangan tetap bisa tercapai dan kocek tetap aman?

JAKARTA. Pekan-pekan belakangan ini, judul headline media massa baik cetak, elektronik, juga online, nyaris seragam. Kemerosotan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan kejatuhan harga saham di lantai bursa mendominasi pemberitaan media.

Pada pembukaan perdagangan Rabu (28/8), IHSG langsung menukik tajam ke level 3.860,35. Sedang nilai tukar rupiah terhadap dollar AS semakin tak tertolong mendekati kisaran Rp 12.000 per dollar AS.


Situasi ini tak ayal memicu keresahan di kalangan para investor, tak terkecuali mereka yang memiliki kebutuhan dollar AS cukup besar. Misalnya, mereka yang tengah mengejar dana pendidikan untuk anak di luar negeri, atau mereka yang sedang getol berinvestasi untuk dana liburan ke negeri orang.

Kegundahan Mayang, karyawan swasta di Jakarta Barat, sedikit menjadi cerminan. Dana liburan ke luar negeri yang dia siapkan sejak tahun lalu terancam. Selama ini, Mayang menyisihkan dana liburan ke mancanegara dalam dollar AS.

Pertimbangan dia memilih menabung dalam dollar AS adalah agar lebih mudah memantau  kecukupan dana liburannya. “Kalau sekarang dollar AS mahal, duit yang harus saya sisihkan untuk menabung menjadi lebih banyak dan bisa mengganggu arus kas,” keluh dia.

Namun, jika mengurangi porsi dana yang harus disisihkan, Mayang khawatir, target dana yang ia patok tak tercapai. Padahal, dana itu sedianya akan dia gunakan tahun depan.

Lisa Soemarto, perencana keuangan AFC Financial, berpendapat, dalam situasi seperti ini, yang bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki target dana dalam dollar AS adalah berhenti sementara untuk membeli dollar.  “Jangan paksakan membeli dollar AS yang semakin mahal harganya. Lebih baik porsi dana investasi dialihkan ke aset rupiah yang memiliki potensi return lebih tinggi,” ujar dia.

Mengalihkan dana investasi ke instrumen lain yang memiliki tingkat risiko relatif rendah seperti Obligasi Ritel Indonesia (ORI) bisa menjadi pertimbangan. Namun, jika memang kebutuhan atas dollar AS sudah dekat dan sulit ditunda, mau tidak mau, Anda harus rela mengeluarkan duit lebih banyak untuk mencukupinya. “Itu risiko yang harus kita tanggung akibat kesalahan kita menyiapkan kebutuhan dana dalam waktu mepet, terlebih lagi dalam bentuk valas,” tandas Lisa.

Tak perlu panikTurbulensi pasar finansial saat ini saat ini pasti membuat banyak orang panas dingin. Tak cuma otoritas fiskal dan moneter negeri ini yang pusing. Efek pelemahan rupiah sudah merembet hingga ke para perajin tempe dan tahu. Biaya produksi tempe dan tahu ikut melejit akibat komponen kedelai yang lebih banyak merupakan barang impor.

Jika sudah begini, para perencana keuangan hanya punya satu pesan. “Tetap tenang dan fokus pada tujuan keuangan,” ujar Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.

Kriteria keberhasilan perencanaan keuangan tidaklah dinilai dari capaian hasilnya nan tinggi. Sebaliknya, rencana keuangan terbilang berhasil jika mampu mewujudkan tujuan.

Lantas, seperti apa langkah yang tepat untuk menghadapi situasi seperti saat ini agar tujuan keuangan tetap aman? Mari kita simak nasihat para perencana keuangan berikut ini:

BerutangCoba bayangkan kondisi ini. Dana pendidikan sekolah anak ke mancanegara sudah harus siap dalam hitungan bulan. Lonjakan harga dollar AS membuat dana yang harus Anda sisihkan menjadi lebih besar agar target dana terpenuhi.

Di saat yang sama, Anda belum sempat menempuh aksi lindung nilai (hedging) dana investasi. “Bukan hal yang salah bila kita akhirnya terpaksa berutang untuk memenuhi kebutuhan itu,” kata Eko.

Anda bisa memanfaatkan sumber-sumber utang berbiaya rendah. Misalnya, utang ke pemberi kerja atau kantor, atau utang ke keluarga atau kerabat. Ingat, jangan sekali-kali melirik kredit tanpa agunan atau kartu kredit untuk menutup kebutuhan likuiditas Anda tersebut.

Bagaimana dengan kebutuhan tersier seperti berlibur ke luar negeri yang membutuhkan dollar AS? Anda harus rela menundanya jika memang tidak punya cukup dana.

Melepas asetJika kebutuhan dollar AS Anda sudah begitu mendesak, tidak haram juga jika Anda melepas aset. “Perkembangan aset bisa kita kejar di waktu lain dengan alat lain dan perencanaan yang lebih matang,” imbuh Eko.

Aset apa yang paling tepat dijual ketika dollar AS mahal? Anda bisa menimbang untuk menjual simpanan emas. Saat  dollar AS mahal, biasanya, harga emas di pasar domestik melonjak. Harga emas batangan di Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk pada Rabu (28/8), misalnya, sudah melejit ke level Rp 560.000 per gram.

Kelak jika harga dollar AS telah melandai dan harga emas turun, Anda bisa mulai mencicil membeli emas lagi sebagai bagian dari dana darurat dan alat lindung nilai.

Pilih rupiah sajaPara perencana keuangan sejauh ini jarang merekomendasikan instrumen investasi dollar AS, sekalipun itu untuk mewujudkan target dana dalam dollar AS. “Berinvestasi dalam rupiah tetap lebih untung, tinggal kita menghitung depresiasi dan inflasi di negara yang akan kita tuju,” ujar Farah Dini, perencana keuangan Finally Consulting.

Strategi berinvestasi dengan target dana dollar AS tidak banyak berbeda dengan investasi di aset rupiah. Namun, karena ada risiko kurs, dalam menyusun perencanaan, Anda perlu juga memperhatikan data historis depresiasi rupiah atas dollar AS. “Cermati siklus krisis dan lihat berapa tingkat depresiasi tertinggi, dan gunakan sebagai asumsi hitungan target dana,” jelas Dini.

Contoh, kebutuhan dana liburan Anda tahun 2018 ke negara X adalah US$ 50.000 (future value). Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada tahun itu dengan asumsi depresiasi tertinggi 8% adalah Rp 16.400 per dollar AS. Dengan demikian, kebutuhan dana investasi Anda mencapai Rp 820 juta.

Angka itulah target dana investasi yang harus Anda kejar  memakai produk investasi rupiah dengan tingkat return yang bisa mengalahkan tingkat inflasi dan depresiasi kurs.

Mengapa perencana keuangan tidak menyarankan Anda memakai “kendaraan” investasi dalam dollar AS? Pertama, tawaran bunga tabungan atau deposito dollar AS jauh lebih rendah ketimbang rupiah. Di bank saat ini, bunga deposito rupiah berkisar 6%.

Sedang deposito dollar AS rata-rata hanya berbunga maksimal 0,75%. “Sedangkan inflasi di negara bersangkutan bisa saja naik jauh di atas bunga yang ditawarkan produk dollar AS,” kata Dini.

Kedua, isi aset dasar produk reksadana dollar AS di pasar domestik masih didominasi instrumen rupiah. Sedang aset dasar berupa produk investasi di pasar luar negeri (offshore) hanya boleh maksimal 15%.

Jika berinvestasi di produk rupiah, Anda cuma berhadapan dengan risiko fluktuasi pasar, tanpa perlu ikut pusing menghitung risiko fluktuasi nilai tukar.

Lindungi nilaiSetelah bersusah payah mencapai target investasi dalam dollar AS, Anda harus mengamankan dana investasi tersebut minimal setahun sebelum penggunaan. Sebenarnya ini berlaku untuk jenis rencana keuangan apa saja.

Langkah itu  bertujuan mengantisipasi fluktuasi yang terjadi menjelang target penggunaan sehingga dana Anda kalis dari risiko penurunan nilai.

Coba amankan dana Anda di deposito. Sebagai langkah hedging, bisa Anda tempatkan sebagian di emas. Harga emas di pasar domestik lazim naik seiring dengan penguatan dollar AS. Dus, saat kebutuhan datang, Anda tak perlu lagi dipusingkan oleh gejolak nilai tukar.       o

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ruisa Khoiriyah