JAKARTA. Kenaikan harga emas, berefek ke produk-produk turunannya. Sebut saja dinar dan dirham atau populer dengan sebutan koin emas dan koin perak, bisa menjadi alternatif investasi. Apalagi, di tengah fluktuasi pasar saham dan pelemahan rupiah. Pengamat investasi dinar dan dirham, Endy Kurniawan menyebutkan, seperti halnya emas batangan, produk dinar dan dirham kerap menjadi pilihan investasi. Maklum, produk ini tergolong likuid dan standar harganya terukur. Pengamat dinar dan dirham, Muhaimin Iqbal mengklaim, dirham dan dinar menarik sebab harga belinya lebih murah dibanding emas batangan. Selain itu, harga buyback kedua koin itu pun lebih menarik.
Mengutip www.salmadinar.com, Jumat (20/6), harga sekeping dinar (berat 4,25 gram) dibanderol Rp 2.008.429, dengan harga buyback Rp 1.928.092. Sementara, sekeping dirham (2,97 gram) dipatok Rp 65.622, dengan harga buyback Rp 62.997. Bandingkan dengan harga emas batangan di PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Per Jumat (20/6), emas ukuran 1 gram seharga Rp 549.000 per gram, dengan harga beli kembali Rp 489.000. Sementara, perak Rp 12.200 per gram, dengan harga buyback Rp 6.000 per gram. Menurut Endy, peluang investasi dinar dan dirham masih bagus. Tahun ini harga emas spot berpeluang naik 11% dari harga awal tahun. Artinya, berpeluang ke US$ 1.362,08 per ons troi. Sepekan terakhir, emas spot melesat 3,3% ke US$ 1.316,6 per ons troi. Laju ini diikuti emas batangan Antam yang naik 3,24% ke Rp 549.000 per gram. Investasi jangka panjang Tapi, Endy mengingatkan, kondisi ini belum mengonfirmasi tren bullish emas. Pergerakan emas akan kembali ke faktor fundamental, yaitu kebijakan Bank Sentral AS. Selain itu, jelang Ramadan terjadi penurunan permintaan emas, sebab masyarakat butuh biaya lebih besar. "Sebaiknya investor dinar dan dirham memiliki horizon investasi jangka menengah hingga panjang," imbuhnya.