KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Indonesia periode 2024-2029, Prabowo Subianto mengusung swasembada energi sebagai salah satu misi prioritas dalam masa pemerintahannya. Pelaku usaha nasional dan entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun siap membantu mewujudkan misi tersebut. Sebagai bagian dari tulang punggung utama energi nasional, komitmen serupa juga ditegaskan oleh Grup Pertamina. Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, Pertamina telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mendorong tercapainya swasembada energi. "Dalam mendukung target swasembada energi, Pertamina berkomitmen menjaga ketahanan energi dengan mempertahankan dan meningkatkan bisnis
existing, serta meningkatkan bisnis rendah karbon yang lebih ramah lingkungan," ujar Fajar dalam keterangan tertulis yang disiarkan Kamis (24/10).
Pertamina tengah mengembangkan empat terobosan dalam bisnis rendah karbon. Meliputi pengembangan biofuel,
petrochemical, panas bumi (geothermal), dan
carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS). Langkah ini sekaligus menjadi komitmen untuk mendukung tercapainya target Net Zero Emission (NZE) Pemerintah Indonesia tahun 2060 atau lebih cepat. "Terobosan ini akan memperkuat swasembada energi, sekaligus memberikan dampak dalam penurunan emisi karbon, diversifikasi portofolio bisnis yang akan membuka peluang bisnis baru di masa depan," imbuh Fadjar.
Baca Juga: Harga Naik di Provinsi Ini, Cek Harga BBM Pertamina Terbaru November 2024 Tak hanya dari Pertamina sebagai holding, entitas usaha Grup Pertamina yang telah menjadi perusahaan terbuka (emiten) juga menegaskan komitmen untuk mewujudkan swasembada energi. Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) Kitty Andhora menyoroti energi panas bumi yang memiliki posisi krusial dalam agenda transisi energi nasional. Selain potensi sumber daya yang besar mencapai hampir 24 Gigawatt (GW), panas bumi memiliki keunggulan dengan karakteristik pemikul beban dasar (
baseload). Panas bumi tidak bersifat
intermittent, sehingga bisa menjadi pembangkit listrik Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang mampu menyediakan energi secara konsisten tanpa tergantung pada kondisi cuaca. "Dengan mempercepat pengembangan sumber daya panas bumi, Indonesia tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, melainkan juga mencapai kemandirian energi dan memosisikan diri sebagai pemimpin global di EBT," kata Kitty saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (24/10). Saat ini PGEO sedang mengejar peningkatan total kapasitas terpasang dari 672,5 Megawatt (MW) menjadi 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Target ini akan dicapai melalui proyek
co-generation dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) baru seperti Hululais dan Lumut Balai Unit-2. "Kami menyambut baik fokus pemerintah terhadap kemandirian energi. Untuk mencapai itu, upaya percepatan pengembangan EBT untuk meningkatkan porsi energi hijau dalam bauran energi nasional menjadi semakin penting," tegas Kitty.
Baca Juga: SKK Migas Minta Kontraktor Migas Optimalkan Potensi Peningkatan Lifting Minyak Dalam menjalankan transisi energi ini, PGEO berkolaborasi dengan PT Elnusa Tbk (
ELSA), emiten yang juga menjadi bagian dari Grup Pertamina. ELSA melalui anak usahanya, PT Sigma Cipta Utama (SCU) turut berkontribusi dalam mendukung kegiatan operasional industri panas bumi. PGEO dan SCU berkolaborasi mengembangkan teknologi baru pengukur aliran dua fasa pertama di dunia. Teknologi yang bernama Flow2Max®, merupakan bagian dari upaya mendorong transisi energi dan produksi EBT dengan mengoptimalkan cadangan energi panas bumi yang besar di Indonesia. Teknologi tersebut diklaim dapat memantau kinerja sumur panas bumi secara
real time dengan tingkat akurasi data tinggi sehingga diandalkan dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya panas bumi. Direktur SCU Adi Yatama mengatakan langkah ini menjadi upaya Grup Elnusa dalam menjawab tantangan dalam memenuhi kebutuhan industri energi. Terutama terhadap perkembangan teknologi di industri
green energy yang mendukung
cost efficiency. "Dan meminimalisir risiko operasional untuk mencapai target
operational excellence industri geothermal,” kata Adi dalam keterbukaan informasi, Jumat (18/10).
Baca Juga: Laba Melonjak Jadi US$ 263,38 Juta di Kuartal III 2024, Ini Penjelasan Bos PGN (PGAS) Subholding gas Grup Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk alias PGN (
PGAS) ikut tancap gas dalam upaya mencapai swasembada energi. Direktur Utama PGN Arief S. Handoko mengatakan PGAS akan terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi gas domestik. PGAS berharap pertumbuhan pelanggan di semua sektor dapat terus berlangsung sehingga peningkatan volume gas bumi sebagai upaya swasembada energi nasional dapat terwujud. Arief bilang, pemenuhan pasokan terus diupayakan dari berbagai sumber baik gas pipa maupun Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquefied Natural Gas (LNG). Langkah itu dilakukan melalui berbagai moda transportasi gas bumi baik
pipeline maupun
non-pipeline. "Dengan dukungan seluruh
stakeholders, regulator dan pemerintah, kami yakin layanan dan pemanfaatan gas bumi nasional akan terus tumbuh dan menjadi solusi utama di masa transisi energi nasional," ungkap Arief lewat keterangan tertulis, Kamis (31/10).
Baca Juga: Prabowo Panggil Bahlil, Bahas Kemandirian Energi dan Subsidi Tepat Sasaran Mengangkat Prospek Kinerja
Praktisi Pasar Modal dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana menilai misi ketahanan dan swasembada energi yang dicanangkan pemerintahan baru memberikan prospek yang menarik bagi perusahaan di sektor energi. Terutama untuk emiten di Grup Pertamina seperti PGAS, PGEO, dan ELSA. Dengan fokus pada swasembada energi, Hendra memprediksi pemerintah akan meningkatkan investasi dalam infrastruktur energi dan mengembangkan sumber daya energi domestik. Hal ini membuka peluang bagi Grup Pertamina sebagai BUMN energi untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan efisiensi, serta memperkuat peran di berbagai sektor energi, dari gas alam hingga panas bumi. "Secara keseluruhan, misi swasembada energi ini sangat mungkin memberikan dampak positif pada kinerja keuangan emiten-emiten terkait, terutama dari segi pendapatan dan keberlanjutan proyek jangka panjang," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Kamis (31/10).
Baca Juga: Menimbang Konsekuensi Otak-Atik Subsidi Energi di Era Pemerintahan Prabowo Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada sepakat, misi pemerintahan baru untuk mencapai ketahanan dan swasembada energi dapat membawa angin segar bagi perusahaan yang bergerak di sektor ini. "Apalagi jika pemerintah dapat membuka kerja sama untuk penyaluran energi, maka bisa mendapatkan hasil yang lebih positif," kata Reza. Reza pun melihat saham di sektor energi menarik untuk dikoleksi. Termasuk saham dari Grup Pertamina, yakni PGAS, PGEO dan ELSA. Hendra punya rekomendasi serupa, dengan menyematkan rekomendasi
buy pada saham PGAS, PGEO dan ELSA untuk target harga masing-masing di Rp 1.700 per saham, Rp 1.210 per saham, dan Rp 535 per saham. Sementara dari sisi kinerja, hingga kuartal III-2024, laba bersih tiga emiten energi dari Grup Pertamina kompak menanjak.
Pertama, PGAS yang meraih laba bersih sebesar US$ 263,38 juta atau melonjak 32,69% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara
Year on Year (YoY).
Kedua, PGEO yang membukukan keuntungan sebesar US$ 133,99 juta atau tumbuh 0,36% YoY.
Ketiga, ELSA yang mengalami pertumbuhan laba bersih setinggi 35,57% YoY menjadi sebesar Rp 551,23 miliar hingga September 2024.
Baca Juga: Harga Pertamax, Pertalite & BBM Lain Di Shell, BP & VIVO Hari Ini, Kamis 31/10/2024 Adapun mengenai misi swasembada energi, Presiden Prabowo memberikan penegasan dalam pidato pelantikan Presiden pada Minggu (20/10). Mulanya, Prabowo menyoroti kondisi dunia yang dibayangi ketegangan konflik geopolitik. Saat situasi global tidak menentu, Indonesia mesti bisa memanfaatkan potensi dan sumber energi dari dalam negeri untuk menghindari ketergantungan pada negara lain. Prabowo bilang, Indonesia punya banyak sumber energi mulai dari batubara, geothermal, air, hingga tanaman seperti kelapa sawit. "Pemerintah yang saya pimpin akan fokus untuk mencapai swasembada energi," tegas Prabowo. Menindaklanjuti arahan Kepala Negara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersiap untuk mewujudkan misi tersebut. Kementerian ESDM menyiapkan sejumlah langkah, antara lain peningkatan lifting minyak dan konversi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) menjadi listrik.
"
Pertama, bagaimana memastikan ketahanan energi.
Kedua, pengelolaan sumber daya alam harus optimal agar bisa mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," tegas Wakil Menteri ESDM Yuliot, dalam keterangan resmi, Kamis (24/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati