KONTAN.CO.ID - “Lembaga keuangan termasuk perbankan semakin proaktif merespons isu perubahan paradigma dari energi fosil ke energi hijau. Itu sangat baik, sejalan dengan proses transisi energi.” Pernyataan tersebut dinyatakan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana. Secara tersirat, ia ingin menunjukan bahwa sektor perbankan memiliki andil yang sangat krusial untuk mendorong green sustainable economybaik secara lokal di Indonesia maupun secara global. Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia pun terus meningkatkan komitmennya mendukung gerakan Go Green. Bahkan, Indonesia berani menempatkan diri pada posisi penting dalam mendorong gerakan hijau dunia sebagai lead by example pada KTT COP ke-26 di Glasgow tahun lalu. Langkah berani tersebut seakan menjadi ikrar dari seluruh masyarakat Indonesia kepada dunia bahwa untuk mencapai target net zero emission pada 2060 dengan mendukung berbagai investasi yang berfokus pada transisi energi.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (kode saham: BBNI) melihat komitmen tersebut sebagai sebuahmandat guna mendukung pembangunan berkelanjutan. Konsep green banking yang telah menjadi acuan implementasi industri perbankan untuk mendukung perbaikaniklimdan lingkungan diharapkandapatmewujudkan pertumbuhan kinerjapositif yang lebih berkelanjutan. Dukungan BNI dibuktikan lewat kinerja keuangan keberlanjutan yang positif denganpercetakan portofolio green financing mencapai Rp176,6 triliunatau setara dengan 28,6% dari total kredit yang telah disalurkan oleh BNI pada semester I 2022. Dari jumlah pembiayaanitu, sebesar Rp 117,9 triliun digunakan untuk pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). BNI juga menyalurkan pembiayaan untuk pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan sektor energi berkelanjutan sebesar Rp16,1 triliun dan Rp12 triliun. Pilihan fokus BNI untuk menjadi pionir lembaga keuangan yang memperkuat green financing dapatberbuah manis. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar menyampaikan, fokus dalam mendorong
green financing di Indonesia mampu berkorelasi positif denganprofitabilitas. Selain itu, transformasi digital juga semakin melengkapi dukungan implementasi
green bankingperseroan. “Kami sangat bersyukur dengan pencapaian kinerja sampai dengan pertengahan tahun ini. Kinerja fungsi intermediasi semakin kuat seiring dengan tren pemulihan ekonomi. Implementasi green banking dapat tetap dijalankan, dan bahkan menjadi potensi positif bagi kinerja profitabilitas,” katanya. Bangun Kolaborasi Dukungan BNI ini hadir bukan tanpa sebab. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong industri perbankan untuk menyusun
master plan bisnis serta terbuka dengan berbagai kesempatan kolaborasi dengan berbagai pihak. BNI bersama PT Sanghiang Perkasa (KALBE Nutritionals), dan PT Aruna Cahaya Pratama (Aruna PV) mendukung program percepatan penetrasi energi terbarukan melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasan pabrik KALBE Nutritionals Cikampek, Jawa Barat. Pemasangan panel surya telah mencapai 2.970 panel dengan total kapasitas 1.603 kWp ini sudah dilakukan sejak awal tahun 2022. Panel surya yang dipasang memiliki kapasitas produksi 2,1 GWh dan dapat mengurangi emisi karbon sebesar 2.104,66 ton per tahun. Untuk menekan penggunaan bahan bakar, BNI juga telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk pembangunan dan pengembangan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) bersama PT PLN (Persero).Denganpembangunanini, BNI menjadilembagakeuangan yang paling awalmembangun SPKLU skema partnership di lingkungankerjanya. Royke menyampaikan kolaborasi dua perusahaan milik pemerintah ini merupakan bentuk investasi kepada lingkungan. BNI pun terus konsisten mendukung semua korporasi yang membantu kelestarian lingkungan. “Memang ekonomi berkelanjutan ini akan menjadi target kita. Selain karena ini adalah isu yang akan di bawa di G20, BNI memiliki fokus tersendiri untuk mendukung sektor hijau,” tegasnya. Di sisi lain, sebagai salah satu emiten perbankan yang telah berhasil masuk dalam indeks ESG Sector Leaders IDX KEHATI, BNI telah berhasil menerbitkan
green bond senilai Rp5 triliun. Sebagai pionir green banking, BNI berhasil mencatatkan
oversubscribe hingga 4 kali. Tentunya, dana yang telah dihimpun nantinya akan menjadi sumber kekuatan BNI untuk meningkatkan kinerja portofolio hijau dan program berkelanjutan. Turut Ajak Konsumen dan Masyarakat Tidak hanya kolaborasi bersama perusahaan, BNI juga mengedukasi masyarakatuntuksemakincintadanpeduliterhadaplingkungandengan menerbitkan Kartu Kredit BNI-WWF untuk varian Gold dan Platinum. Produk ini adalah hasil kolaborasi BNI bersama World Wide Fund (WWF) untuk menjaring masyarakat agar berdonasi lebih aktif dalam pelestarian ekosistem dan keragaman aneka hayati di Indonesia. BNI pun melakukan langkah berkelanjutan untuk membina Komunitas Pengelola Hutan Organik di Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Langkah strategis tersebut berhasil membuat tanah tandus seluas 1 hektar, menjadi hutan organik, yang saatinisemakinluashinggamencapai 30 hektar. Kini, kawasan tersebut sudah dipenuhi banyak tumbuhan dan menjadi sumber mata air yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Upaya lain BNI untuk penghijauan yaitu dengan menggandeng Yayasan Kita Jaga Alam untuk menanam bibit pohon di kawasan Pesisir Pantai Anyer, Banten. 300.000 bibit yang ditanam nantinya akan digunakan untuk menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. Apresiasi dan Dukungan dari Eksternal Dengan semua pendanaan dan program green banking, BNI pun mendapat apresiasi dan dukungan dari eksternal. Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengapresiasi langkah BNI yang dirasa tepat karena pembiayaan hijau dan ekonomi berkelanjutan sedang menjadi perhatian bank-bank besar di seluruh dunia. “Siapa yang mampu mencium perubahan pasar, akan menjadi pemimpin di sana. BBNI tentu melihat ini sebagai sebuah kesempatan baru yang mereka bisa kembangkan,” imbuh Maximilianus. Serupa dengan Maximilianus, Associate Director Chief of Research PT Fokus Finansial Janson Nasrial menilai positif strategi yang dilakukan BNI dalam mendorong
green banking dan
transaction banking sebagai sumber pembiayaan bagi segmen korporasi. Apalagi, BNI punya kompetitor bank lain dengan mulai menerapkan pola yang sama.
“BBNI mempunyai Price to Book Value (PBV) yang paling rendah di antara 4 besar bank lain, maka apabila turnaround-nya terbukti bagus, potential returnnya bisa bagus,” ucap Janson. Dukungan lain datang dari Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah yang menyatakan, BNI sudah menjadi perbankan yang rajin memberikan insentif bagi banyak pihak untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Ia berharap, bank lainnya dapat mengikuti jejak BNI dalam mendukung berbagai sektor melakukan transisi energi dan investasi kepada lingkungan. “Bisa diartikan promosi dan insentif yang dilakukan oleh pemerintah dan juga otoritas keuangan yaitu OJK untuk meningkatkan proyek-proyek hijau cukup berhasil,” kata Piter. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ridwal Prima Gozal