JAKARTA. Beberapa anggota Asosiasi Asuransi Negara (Asgara) menjadi salah satu pembeli pada penawaran saham perdana atawa initial public offering (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Mereka tidak khawatir meski harga saham Garuda anjlok di hari perdananya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka yakin bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang. Anggota Asgara yang membeli saham Garuda antara lain PT Jamsostek sebanyak Rp 230 miliar dan PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) sekitar Rp 3 miliar. Lalu Asuransi Jiwasraya. Sayangnya, Direktur Keuangan Jiwasraya Harry Prasetyo enggan menjelaskan total pembelian saham itu. "Pokoknya lebih besar dari pembelian ASEI, tapi tidak sampai setengah dari nilai yang dibelanjakan Jamsostek," ujar Harry, kemarin. Langkah tersebut diselimuti kabar tak sedap bahwa ada paksaan dari Menteri Keuangan kepada Asgara untuk membeli IPO Garuda. Namun, manajemen asuransi pelat merah ramai-ramai membantah rumor tersebut. "Bukan itu," kata Harry yang juga diamini Zaafril Razief Amir, Direktur Utama ASEI.
Koleksi saham Garuda, Asgara tak takut rugi
JAKARTA. Beberapa anggota Asosiasi Asuransi Negara (Asgara) menjadi salah satu pembeli pada penawaran saham perdana atawa initial public offering (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Mereka tidak khawatir meski harga saham Garuda anjlok di hari perdananya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka yakin bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang. Anggota Asgara yang membeli saham Garuda antara lain PT Jamsostek sebanyak Rp 230 miliar dan PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) sekitar Rp 3 miliar. Lalu Asuransi Jiwasraya. Sayangnya, Direktur Keuangan Jiwasraya Harry Prasetyo enggan menjelaskan total pembelian saham itu. "Pokoknya lebih besar dari pembelian ASEI, tapi tidak sampai setengah dari nilai yang dibelanjakan Jamsostek," ujar Harry, kemarin. Langkah tersebut diselimuti kabar tak sedap bahwa ada paksaan dari Menteri Keuangan kepada Asgara untuk membeli IPO Garuda. Namun, manajemen asuransi pelat merah ramai-ramai membantah rumor tersebut. "Bukan itu," kata Harry yang juga diamini Zaafril Razief Amir, Direktur Utama ASEI.