KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Strategi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) melanjutkan ekspansi bisnis dan pengelolaan biaya secara lebih efisien termasuk melalui digitalisasi pada proses bisnis membuahkan hasil positif. Tercermin pada pencapaian kinerja Mitratel kuartal III-2023. Mitratel membukukan kenaikan pendapatan sebesar 11,9% secara tahunan atawa
year on year (yoy). Dari Rp 5,6 triliun pada sembilan bulan pertama 2022 menjadi Rp 6,3 triliun pada sembilan bulan pertama 2023. MTEL berhasil membukukan laba bersih Rp 1,43 triliun. Perolehan laba bersih ini meningkat 16,6% dari periode yang sama tahun lalu. Pendorong kinerja MTEL adalah peningkatan jumlah menara dan serat optik, baik secara organik maupun anorganik, yang disertai kenaikan jumlah penyewa (tenant) dan kolokasi.
“Sejak sebelum
initial public offering (IPO) sampai hari ini, kami terus memperbanyak jumlah menara dan serat optik, terutama di kawasan luar pulau Jawa. Kini, kami menikmati hasilnya dalam bentuk pertumbuhan jumlah penyewa dan kenaikan pendapatan," kata Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangan resmi, Senin (30/10) Kolokasi adalah operator menyewa menara yang sudah digunakan oleh operator lainnya. Umumnya, biaya sewa kolokasi sama dengan menara yang disewa tenant tunggal, sehingga membuat perusahaan menara mendapatkan revenue lebih banyak.
Baca Juga: Transformasi Digital Memoles TLKM, Simak Rekomendasi Sahamnya Kemampuan Miratel untuk meningkatkan pendapatan dari kolokasi telah diprediksi sebelumnya oleh sejumlah analis. Dengan jumlah menara telekomunikasi terbanyak di Asia Tenggara akan memudahkan Mitratel dalam melayani ekspansi operator telekomunikasi terutama di wilayah luar Jawa. “Kami menyukai MTEL karena kehadiran yang kuat di luar Jawa. Ini berpotensi membuat operator telekomunikasi lebih tertarik untuk memperluas jaringannya melalui strategi kolokasi daripada membangun jaringan baru (build to-suit). Dengan mempertimbangkan eksekusi yang lebih cepat dan capex yang lebih efisien untuk operator telekomunikasi, sedangkan utilisasi yang lebih tinggi untuk MTEL,” ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas, Steven Gunawan, Senin (31/10). Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan Mitratel memiliki kapasitas mendominasi pesanan kolokasi baru dari perusahaan telekomunikasi yang ingin melakukan ekspansi di wilayah luar Jawa karena keunggulan time-to-market, dan memonopoli area.
Selain pendapatan dari penyewaan menara, MTEL juga mencatatkan pendapatan dari
reseller sebesar Rp 459 miliar, fiber optik Rp 145 miliar dan
tower-related business sebesar Rp 450 miliar. Pendapatan pada fiber optik dan
tower-related business merupakan strategi perseroan dalam melakukan diversifikasi pendapatan dan tidak bertumpu pada
tower leasing Sementara itu, beban pokok pendapatan MTEL tumbuh 7% menjadi Rp3,2 triliun dan beban usaha tumbuh 14% menjadi Rp 411,17 miliar. Dengan beban yang terjaga,
Earnings Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) Mitratel naik 14,8% yoy menjadi Rp 5,05 triliun. Adapun margin EBITDA perseroan tumbuh 2,1 poin secara yoy menjadi 80,6%. “Tantangan kami ke depan adalah meningkatkan produktivitas aset, monetisasi bisnis, digitalisasi dan efisiensi sehingga berdampak positif pada kenaikan marjin,” kata Teddy, sapaan Theodorus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ahmad Febrian