KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah pada perdagangan pekan depan sepertinya akan melanjutkan penguatannya. Para analis memprediksi Senin (7/4) akan tersokong kombinasi sentimen eksternal dan internal, setelah akhir pekan lalu rupiah ditutup menguat. Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (5/4) rupiah tercatat menguat 0,35% ke Rp 14.132 per dollar AS. Sedangkan dalam sepekan rupiah menguat 0,77%. Kompak, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga bergerak menguat 0,17% ke Rp 14.158 per dollar AS. Dalam sepekan rupiah tercatat menguat 0,60%.
Ekonom Pasar Uang PT Bank Mandiri, Reny Eka Putri menilai rupiah pada perdagangan selanjutnya menguat karena ekspektasi rilis data ekonomi AS yang perkirakan melemah. Terbukti, data Rata-Rata Penghasilan Per-Jam AS periode Maret dilaporkan sebesar 0,1%. Angka ini di bawah ekspektasi di level 0,3% atau pencapaian bulan sebelumnya di level 0,4%. Pencapaian negatif tersebut beriringan dengan adanya harapan bahwa sengketa perdagangan yang berlarut-larut antara AS dan China akan segera diselesaikan. Perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menjadi gangguan utama bagi pasar keuangan selama setahun terakhir. Presiden AS, Donald Trump pada hari Kamis (4/4) mengatakan kedua negara semakin dekat dengan kesepakatan perdagangan yang dapat diumumkan dalam waktu empat pekan. Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, bila sentimen genjatan dagang AS-China memudar maka aset berisiko seperti rupiah akan diuntungkan secara bisnis dan fundamental ekonomi Indonesia. Kata Ibrahim ketahanan ekonomi domestik akan menopang rupiah pekan depan. Data indeks manufaktur Indonesia berada di level 51,2. “Ini di atas 50, artinya membaik banyak perusahaan mulai meningkatkan inventory-nya, sehingga produk manufaktur meningkat,” kata Ibrahim kepada Kontan, Jumat (5/4). Selain itu, data Inflasi Indonesia per Maret, tercatat 2,48% year-on-year (YoY) atau laju paling lambat sejak November 2009. Sehingga menunjukkan masih derasnya aliran modal di pasar keuangan Indonesia. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah seri acuan tenor sepuluh tahun turun 1,8 basis poin (bps) pada pukul 09:20 WIB. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang naik karena tingginya permintaan.
Di sisi lain Reny melihat peluang koreksi rupiah masih ada. Mengingat rilis data ekonomi AS lainnya ada yang dilaporkan positif seperti data non-Farm Payrolls AS periode Maret. Sehingga memungkinkan dollar AS kembali menguat. Keduanya berharap rupiah pada perdagangan awal pekan depan Senin (8/4) dapat menguat karena terdorong rilis data negatif AS, progres perang dagang AS-China, dan fundamental domestik. Ibrahim meramal rupiah akan menguat di rentang pergerakan Rp 14.090-Rp 14.187 per dollar AS. Senada, Reny optimistis rupiah pada perdagangan besok mata uang Garuda menguat antara Rp 14.123-Rp 14.184 per dollar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto