KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten telekomunikasi diprediksi bakal meraup untung dari kebijakan baru Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang mengalokasikan pita frekuensi lower band 6 GHz untuk jaringan Wi-Fi. Asal tahu saja, Komdigi baru saja merilis regulasi yang mengalokasikan pita frekuensi lower band 6 GHz untuk jaringan Wi-Fi. Langkah itu dilakukan Komdigi melalui kerja sama dengan Indonesia Technology Alliance (ITA). Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid mengatakan, spektrum 6 GHz ini bertujuan untuk melipatgandakan ketersediaan pita lebar untuk WiFi.
“Sekaligus, membuka jalan bagi penerapan WiFi 6E dan WiFi 7 yang lebih cepat dan berlatensi rendah,” ujarnya dalam acara perilisan pita frekuensi lower band 6 GHz di Jakarta, Jumat (7/2) lalu. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Komdigi, Ismail juga mengungkapkan, regulasi tersebut bakal menyediakan ruang bagi para perusahaan telekomunikasi dan penyedia jasa pendukung untuk berlomba menyediakan layanan terkait di Tanah Air. PT Indosat Tbk (ISAT) pun menyambut baik kehadiran regulasi tersebut. President Director & CEO ISAT, Vikram Sinha mengatakan, spektrum 6GHz akan membantu pengguna Indosat di wilayah rural untuk bisa mengakses internet sama cepatnya dengan pelanggan di wilayah perkotaan. Baca Juga: Komdigi Alokasi Jaringan Internet 6 GHz, Ini Emiten yang Bakal Terlibat “Inisiatif ini bisa membantu ISAT meningkatkan penetrasi layanan home broadband. Peningkatan kualitas WiFi juga penting untuk menopang pengembangan AI,” ujarnya dalam Public Expose ISAT, Senin (10/2). Vikram menuturkan, ISAT sendiri tengah fokus mengembangkan penggunaan AI untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi layanan perusahaan. Pada 21 November 2024, Indosat, melalui brand IM3, juga meluncurkan kembali layanan pascabayar yang bertransformasi dengan identitas baru, yaitu IM3 Platinum. Layanan tersebut mengintegrasikan kecanggihan teknologi AI dan sentuhan interaksi manusia yang personal. “Kami terus berkomitmen untuk berkembang dalam perjalanan AI-native telco dan inovasi ini sudah menunjukkan hasil yang baik sepanjang tahun lalu,” ungkapnya. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) pun sama. Emiten telco pelat merah ini mendukung langkah pemerintah tersebut sebagai bagian dari upaya memperkuat infrastruktur digital. SVP Group Sustainability and Corporate Communication TLKM, Ahmad Reza mengatakan, saat ini Telkom menggunakan perangkat (ONT dan Access) WiFi 5 dan 6 untuk layanan internet yang disediakan. “Untuk dapat memanfaatkan frekuensi 6GHz tersebut, diperlukan upgrade menjadi WiFi 6E dan WiFi 7,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (11/2). TelkomGroup, melalui Telkomsel, telah mengambil langkah strategis dalam pengembangan Wi-Fi 7, dengan menjadi yang pertama di Indonesia menyelesaikan validasi teknologi ini bersama KOMDIGI serta mitra teknologi global pada Juni 2024. Wi-Fi 7 memungkinkan penyediaan layanan premium dengan kecepatan di taraf gigabit per detik, meningkatkan pengalaman digital pelanggan di berbagai sektor. Selain itu, Wi-Fi 7 juga berperan penting dalam akselerasi adopsi teknologi 5G, khususnya untuk Home Wireless Access (HWA) seperti Telkomsel Orbit. “Dari sisi pelanggan, mereka bisa mendapatkan layanan internet dengan kecepatan yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah, terutama di kawasan padat pengguna atau banyak perangkat terkoneksi,” tuturnya. Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan, regulasi tersebut berpotensi berdampak positif bagi kinerja emiten telco di Tanah Air. Dengan dibukanya jalan bagi penerapan Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7, emiten telco dapat menawarkan layanan internet berkecepatan tinggi dan latensi rendah kepada pelanggan. “Hal tersebut dapat meningkatkan daya tarik layanan mereka dan mendorong pertumbuhan pelanggan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (10/2). Baca Juga: Emiten Telekomunikasi Sambut Baik Alokasi Jaringan Internet 6 GHz di Tanah Air Dari layanan eksisting sekarang, emiten telco yang kemungkinan bisa mendulang berkah paling besar dari regulasi ini adalah TLKM. “Telkom Indonesia memiliki pangsa pasar pelanggan fixed broadband yang besar, yaitu sekitar 75%,” katanya. Di tahun 2025, kinerja emiten telco juga tetap memiliki peluang untuk kembali tumbuh positif. Sentimen positif untuk industri telekomunikasi di tahun ini adalah pertumbuhan penggunan internet, potensi peningkatan kebutuhan data yang linear dengan pertumbuhan masyarakat, serta penurunan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI). “Sedangkan, sentimen negatif terkait persaingan yang ketat dan pelemahan ekonomi yang membuat daya beli masyarakat turun,” ungkapnya. Sayangnya, pergerakan harga saham emiten telekomunikasi per hari ini belum mencerminkan kinerja keuangan masing-masing. Tengok saja, saham ISAT sudah amblas 31,25% year to date (YTD) dan saham TLKM turun 12,92% YTD. Sementara, saham EXCL naik 1,33% YTD. Menurut Sukarno, penurunan harga saham disebabkan oleh banyak faktor, baik dari eksternal maupun internal. “Kinerja saham mereka bisa membaik ke depan, tapi dalam waktu dekat sepertinya masih akan mendapatkan tekanan jual dan masih dalam tren penurunannya,” tuturnya. Sukarno pun merekomendasikan hold untuk TLKM dengan target harga Rp 2.700 per saham dalam jangka menengah dan jika tekanan jual mereda. CEO Edvisor Praska Putrantyo melihat, regulasi tersebut mendukung transformasi digital. Sebab, dengan dibukanya spektrum 6 GHz, maka akses terhadap jaringan internet berkecepatan tinggi akan semakin luas. “Regulasi tersebut memberikan sentimen positif kepada emiten telekomunikasi, karena mereka dapat meningkatkan efisiensi jaringan, sehingga memicu peningkatan permintaan internet atau trafik data dengan kualitas Wi-Fi yang lebih baik” ujarnya kepada Kontan, Senin (10/2). Selain itu, emiten telekomunikasi yang berfokus pada fiber optic dan fixed broadband juga dapat terkena sentimen positif, karena regulasi ini mendukung fiber optic untuk meningkatkan kualitas konektivitas internet. Menurut Praska, emiten seperti TLKM, ISAT dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) pun dapat diuntungkan dari regulasi ini. Di tahun 2025, emiten telekomunikasi masih akan dibayangi oleh beberapa tantangan. Misalnya, potensi merger dan juga persaingan layanan data yang ketat, sehingga mereka perlu melakukan peningkatan inovasi dan strategi.
EXCL Chart by TradingView