JAKARTA. Salah satu rencana presiden terpilih Joko Widodo adalah mengaplikasikan drone atau pesawat nirawak untuk pemantauan. Rencana ini menuai reaksi positif dari banyak pihak. Tetapi, perencanaan tetap dibutuhkan. Kompas.com menemui pakar radar dan pesawat nirawak dunia asal Indonesia, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, pada Jumat (15/8/2014). Ia memberikan gagasan dan masukan tentang apa yang harus dipersiapkan sebelum memakai drone. Presiden terpilih Joko Widodo rencananya memperkuat pertahanan dengan drone. Salah satu tujuannya untuk pemantauan laut. Bagaimana menurut Anda?
Ini sangat bagus, karena pada dasarnya kita bisa mengurangi resiko kematian dari awak kapal atau petugas keamanan. Selain itu, kalau drone kita pergunakan setiap hari untuk pengawasan tapal batas kan orang itu akan hitung-hitungan. Tahun depan Malaysia akan menggunakan drone yang saya buat untuk mengawasi tapal batas Indonesia. Sayang sekali, pihak Malaysia akan membeli teknologi orang Indonesia untuk menjaga perbatasan keamanan Indonesia. Lalu apa yang harus direncakan oleh Indonesia ketika punya program menggunakan drone untuk pemantauan ini? Hal lain yang mesti dipikirkan adalah undang-undang untuk keamanan menggunakan drone. Suatu saat Indonesia kan akan berkembang. Termasuk, akan bertambah pesawatnya. Nah, ini kan dibutuhkan aturan. Tidak hanya di Indonesia, di Jepang pun permasalahan ini belum jelas dan sedang dibahas. Misalnya tentang klasifikasinya, ukuran besar-kecilnya, ketinggian menerbangkan drone seperti apa dan di mana saja, harus kita perjelas dulu kebijakan itu. Namanya pesawat kan ada jalurnya. Nah, sekarang agar drone dapat terbang sesuai pada titik yang kita inginkan harus ada sistem navigasinya. Sistem pengamanannya juga, bahkan di Indonesia alat-alat yang digunakan untuk teknologi drone masih impor. Semua harus diperjelas. Jalurnya harus jelas untuk keamanan. Begitu pula untuk keamanan pengoperasiannya. Jepang dan Amerika saja belum memikirkan sampai di situ. Ya, kita tidak pesimis sebenarnya. Akan tetapi cobalah untuk memperbaiki hal-hal yang seperti itu. Untuk standarisasi drone juga harus dipikirkan. Jadi kita harus buat aturan yang jelas. Jika pesawat drone jalurnya tidak jelas, bisa menabrak kapal penumpang. Nah untuk mendukung ini kita harus membuat teknologi sendiri. Jadi kita tidak hanya bisa beli saja. Namun juga, memperjelas sistematika atau aturan mainnya dan dari drone itu sendiri. Drone-nya sendiri? Yang penting kita yang harusnya membuat teknologi itu. Karena dari segi keamanan, misalnya pengamanan data, kita sendiri yang kelola. Nah, kalau drone-nya kita ambil dari orang lain, kita tidak akan tahu secara penuh prosesnya. Setahu saya ada delay satelit, yang mungkin saja ada perpindahan data dulu ke pembuat dan sebagainya. Agar terjaga keamanannya, teknologi kita harus buat sendiri. Selain itu, kita harus juga menyesuaikan drone yang dibuat dengan klasifikasi dan ciri yang ada di Indonesia. Drone yang kuat untuk alam Indonesia. Dibuatnya di Indonesia, risetnya juga harus di Indonesia. Kalau dari luar belum tentu cocok. Jadi, Drone apa yang pas untuk kemanan di laut Indonesia? Jadi dari segi jangkauan setidaknya harus menjangkau Zona Ekonomi Eksklusif. Jadi sampai batas itu, bisa bolak-balik. Jadi enggak mungkin drone yang kecil. Dan harus juga disesuaikan dengan kedalaman lautnya. Setiap jenis keamanan sangat bergantung dari besaran kedalaman laut. Jenis, kemampuan, jumlah dan biaya drone yang dibutuhkan sangat bergantung dari kedua hal itu. Bagaimana efektifitas drone untuk pengamanan sebenarnya?