KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi VII DPR RI geram terhadap kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan perusahaan jasa kontraktor, Halliburton Drilling Systems Indonesia terhadap sejumlah aktivitas pemboran panas bumi di Tanah Air. Kejadian terbaru adalah semburan liar (blow out) lumpur panas dan gas hidrogen sulfida (H2S) di PLTP Sorik Marapi. Berdasarkan hasil kesimpulan investigasi Kementerian ESDM di Sorik Marapi, semburan lumpur panas ini terjadi ketika sedang melakukan pengeboran sumur T-12. Mata bor yang digunakan untuk pengeboran menabrak sumur T-11 pada bagian semen dan tie-back sehingga menyebabkan fluida dalam kondisi panas dan bertekanan di dalam sumur T-11 mengalir keluar melalui sumur T-12. Manajemen PT Sorik Marapi Geothermal Power menjelaskan bahwa penyebab utama kejadian ini ialah ketidaksesuaian data koordinat dan proyeksi yang disediakan directional drilling dalam hal ini Halliburton dengan kondisi aktualnya. Di sisi lain, juga adanya kelemahan dalam operasional pengeboran dan key personal yang tidak kompeten dan kegagalan dalam sistem protokol komunikasi sehingga terjadi deviasi antara rencana dengan aktualnya.
Komisi VII DPR RI Mendesak Kementerian ESDM Cabut Izin Pengeboran Halliburton
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi VII DPR RI geram terhadap kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan perusahaan jasa kontraktor, Halliburton Drilling Systems Indonesia terhadap sejumlah aktivitas pemboran panas bumi di Tanah Air. Kejadian terbaru adalah semburan liar (blow out) lumpur panas dan gas hidrogen sulfida (H2S) di PLTP Sorik Marapi. Berdasarkan hasil kesimpulan investigasi Kementerian ESDM di Sorik Marapi, semburan lumpur panas ini terjadi ketika sedang melakukan pengeboran sumur T-12. Mata bor yang digunakan untuk pengeboran menabrak sumur T-11 pada bagian semen dan tie-back sehingga menyebabkan fluida dalam kondisi panas dan bertekanan di dalam sumur T-11 mengalir keluar melalui sumur T-12. Manajemen PT Sorik Marapi Geothermal Power menjelaskan bahwa penyebab utama kejadian ini ialah ketidaksesuaian data koordinat dan proyeksi yang disediakan directional drilling dalam hal ini Halliburton dengan kondisi aktualnya. Di sisi lain, juga adanya kelemahan dalam operasional pengeboran dan key personal yang tidak kompeten dan kegagalan dalam sistem protokol komunikasi sehingga terjadi deviasi antara rencana dengan aktualnya.