JAKARTA. Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Kementerian Perdagangan telah memulai penyelidikan peninjauan kembali (sunset review) pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap barang impor hot rolled coil (HRC) dari Republik Korea Selatan dan Malaysia. Penyelidikan dilakukan berdasarkan permohonan peninjauan kembali pengenaan BMAD yang diajukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Menurut Ketua KADI Ernawati, tindakan penyelidikan ini dilakukan berdasarkan permohonan yang diajukan PT Krakatau Steel yang mewakili industri dalam negeri atas produk HRC dengan nomor pos tarif 7208.10.00.00, 7208.25.10.00, 7208.25.90.00, 7208.26.00.00, 7208.27.00.00, 7208.36.00.00, 7208.37.00.00, 7208.38.00.00, 7208.39.00.00, dan 7208.90.00.00 untuk melakukan penyelidikan peninjauan kembali BMAD atas barang impor tersebut. KADI menemukan adanya bukti awal masih ada impor mengandung dumping atas barang impor HRC yang berasal dari Republik Korea dan Malaysia secara kumulatif. "Pangsa impornya cukup besar, mencapai 43% dari total impor HRC pada 2014,” ujar Ernawati, Senin (13/4).
Komite Anti Dumping selidiki produk baja HRC
JAKARTA. Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Kementerian Perdagangan telah memulai penyelidikan peninjauan kembali (sunset review) pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap barang impor hot rolled coil (HRC) dari Republik Korea Selatan dan Malaysia. Penyelidikan dilakukan berdasarkan permohonan peninjauan kembali pengenaan BMAD yang diajukan oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Menurut Ketua KADI Ernawati, tindakan penyelidikan ini dilakukan berdasarkan permohonan yang diajukan PT Krakatau Steel yang mewakili industri dalam negeri atas produk HRC dengan nomor pos tarif 7208.10.00.00, 7208.25.10.00, 7208.25.90.00, 7208.26.00.00, 7208.27.00.00, 7208.36.00.00, 7208.37.00.00, 7208.38.00.00, 7208.39.00.00, dan 7208.90.00.00 untuk melakukan penyelidikan peninjauan kembali BMAD atas barang impor tersebut. KADI menemukan adanya bukti awal masih ada impor mengandung dumping atas barang impor HRC yang berasal dari Republik Korea dan Malaysia secara kumulatif. "Pangsa impornya cukup besar, mencapai 43% dari total impor HRC pada 2014,” ujar Ernawati, Senin (13/4).