Komitmen Hilirisasi, Prabowo-Gibran Kebut Pengolahan Komoditas Selain Nikel



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintahan Prabowo-Gibran berkomitmen melanjutkan komitmen hilirisasi sektor mineral dan batubara. Implementasinya akan diperluas ke sektor yang lain.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, ke depannya Pemerintah Indonesia akan berfokus mengoptimalkan hilirisasi diluar sektor nikel.

"Itu mungkin ke depannya salah satu tugas kita nanti. Salah satu tugas kita adalah bagaimana mengoptimalkan hilirisasi pada sektor lain selain nikel. Termasuk di dalamnya bauksit," ungkap Bahlil di Kementerian ESDM, Senin (21/10).


Baca Juga: Menteri ESDM: Pemerintahan Baru akan Kebut Proyek Smelter Bauksit

Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdananya menekankan komitmen Pemerintah Indonesia untuk melakukan hilirisasi pada semua komoditas.

"Menjamin melindungi mereka yang paling lemah untuk mencapai kesejahteraan sejati kemakmuran yang sebenarnya kita harus melakukan hilirisasi kepada semua komoditas yang kita miliki," ungkap Prabowo di Gedung MPR/DPR RI, Minggu (20/10).

Prabowo menambahkan, peningkatan nilai tambah dari seluruh komoditas harus memberikan dampak positif pada perekonomian rakyat dan negara.

Proyek hilirisasi

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, komitmen hilirisasi telah berjalan dalam dua periode pemerintahan terakhir.

"Sekarang kita punya area pengolahan atau proses, ada smelter. Bahkan kita sudah bergerak menuju ke mata rantai di tengah membuat bahan baku untuk industri," ujar Hendi, Minggu (20/10).

Hendi menjelaskan, hilirisasi mineral di Indonesia berpeluang mengakselerasi pertumbuhan industri di Indonesia.

Hendi mencontohkan, salah satu peluang peningkatan nilai tambah komoditas mineral dapat tercipta dari sektor bauksit. Sebelumnya, ekspor bijih bauksit yang dilakukan nilainya sekitar US$ 20 per ton. Nilai ini berpotensi mengalami peningkatan lewat hilirisasi bauksit menjadi alumina dan alumunium dengan nilai mencapai US$ 2.400 per ton.

Pengembangan energi baru terbarukan dan industri lainnya diproyeksikan akan semakin meningkatkan kebutuhan akan produk-produk olahan mineral.

Baca Juga: Penerimaan Negara Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo Bakal Naik Berkat Hilirisasi

Dalam keterangan resminya, MIND ID memastikan sejumlah proyek hilirisasi terus dilakukan. Beberapa proyek yang telah tuntas seperti pabrik pemurnian konsentrat tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Manyar, Gresik, Jawa Timur dengan nilai investasi sekitar Rp58 triliun.

Smelter tembaga dengan desain jalur tunggal (design single line) terbesar di dunia ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas input 1,7 juta ton konsentrat dan menghasilkan katoda tembaga sekitar 650.000 ton per tahun, memproduksi 50 ton emas dan 210 ton perak.

Kemudian, Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat. Smelter dengan investasi sekitar Rp16 triliun akan menyerap sekitar 3,3 juta bijih bauksit per tahun dengan menghasilkan 1 juta ton alumina sebagai bahan baku aluminium.

MIND ID berkomitmen untuk melanjutkan investasi pada SGAR Fase 2 yang nantinya akan memperkuat kapasitas produksi alumina serta dilengkapi pabrik smelter untuk memproduksi aluminium.

Pada tahun depan, Grup MIND ID memiliki beberapa program champion mulai dari ekspansi smelter aluminium, ekspansi kapasitas tin chemical dan tin soldier, hingga pengembangan timah primer blok #1 dan blok #2.

Selanjutnya: IEA Memperkirakan Pasokan Minyak Surplus, Permintaan China Melemah di 2025

Menarik Dibaca: Daftar Top Film Netflix Hari Ini (21/10), Dipenuhi Banyak Film Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih