Komitmen Jaga Lingkungan, SMSS Dorong Produksi Sawit Berkelanjutan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berupaya untuk menjaga komitmen perseroan dalam menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan.

Demi mewujudkan komitmen tersebut, SMSS saat ini telah menjalankan sejumlah program yang bisa menjaga dan memelihara kondisi lingkungan.

Saat ini, SSMS telah memiliki standar dan sertifikasi keberlanjutan, baik lokal maupun internasional. Standar itu antara lain adalah ISO 14001:2015 Sistem Manajemen Lingkungan, Penilaian Kinerja Pengelolaan Lingkungan (Proper), Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).


Baca Juga: Genjot Ekspansi, Sawit Sumbermas (SSMS) Siapkan Capex Rp 600 Miliar

Tak hanya untuk memenuhi regulasi, sertifikasi unit bisnis itu juga untuk mewujudkan good corporate governance yang baik. Tata kelola yang baik itu termasuk dengan tidak ada deforestasi, tidak ada penanaman baru di lahan gambut, dan tidak ada pembakaran.

“Kami juga menerapkan kebijakan NDPE (No Peat, Deforestasi and Exploitation) dalam menjalankan praktik-praktik sawit berkelanjutan,” ujar Corporate Communication SSMS Andre Taufan Pratama, Rabu (14/6).

SMSS sendiri menganggarkan modal bisnis (capital expenditure/capex) sebanyak Rp 500 M - Rp 600 M untuk modal bisnis di tahun 2023 dan sudah terserap sebesar 55% di kuartal I 2023.

CFO SMSS Jap Hartono mengatakan, capex tersebut dianggarkan untuk infrastruktur, perkebunan, dan ekspansi lahan.

“Capex sudah terserap 55% yang digunakan untuk infrastruktur dan kebutuhan perkebunan, seperti pemupukan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (13/5).

Meskipun ekspansi lahan sudah dianggarkan dalam capex tahun 2023, tetapi SSMS belum menargetkan secara pasti jumlah lahan yang hendak diekspansi pada tahun ini.

Sebab, kata Jap, ekspansi lahan yang dilakukan SMSS harus sesuai dengan program keberlanjutan Perseroan.

 
SMSS Chart by TradingView

“Ekspansi akan kami lakukan jika ada lahan telah memadai komitmen tata kelola dan program keberlanjutan kami. Terkait aksi korporasi, dalam waktu dekat belum ada,” tuturnya.

Selain itu, SSMS juga berupaya untuk mengelola dan melindungi kawasan dengan nilai konservasi tinggi, termasuk hutan dan gambut yang berada di seluruh operasional. 

Khusus untuk area gambut, SSMS bekerjasama dengan konsultan eksternal untuk melakukan identifikasi sebaran kawasan gambut, tingkat kematangan dan kedalaman gambut, dan rekomendasi untuk monitoring.

“Hal itu agar pengelolaan kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan gambut bisa sesuai regulasi pemerintah,” papar Andre.

Sejumlah langkah untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional yang berdampak pada pemanasan global juga telah didorong SSMS.

Pertama, SSMS menggunakan sumber energi terbarukan melalui pemanfaatan fiber dan cangkang sawit sebagai alternatif pembangkit listrik.

Kedua, sejak tahun 2018, SSMS telah mengoperasikan satu pabrik Biogas berkapasitas listrik 1,5 mega watt yang dapat menangkap gas Metana dari limbah cair kelapa sawit (palm oil mill effluent). Gas metana itu lalu diubah menjadi sumber energi terbarukan. 

Baca Juga: Produksi CPO Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Meningkat 14,25% pada Tahun 2022

“Selain itu, SSMS juga berencana membangun tiga pabrik biogas. Dalam waktu dekat, SSMS akan mengoperasikan satu pabrik biogas di PT Kalimantan Sawit Abadi,” ujar Andre.

SSMS juga memastikan pengelolaan limbah dilakukan secara bertanggung jawab sesuai aturan perizinan Pemerintah Indonesia. Semua limbah hasil pengelolaan pabrik dapat digunakan kembali, seperti untuk pemanfaatan limbah cair (POME) dan jangkos untuk meminimalisir penggunaan pupuk kimia (pestisida).

Dengan pemanfaatan limbah sawit sebagai sumber energi alternatif tersebut, maka secara bertahap, SSMS bisa mewujudkan penanganan perubahan iklim dan kemandirian energi. 

“Tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi internal, namun juga dapat membantu kebutuhan listrik pada masyarakat desa-desa sekitar perusahaan,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .