Komitmen Terapkan ESG, Pertamina Serius Kelola Air dan Limbah Operasional



KONTAN.CO.ID - Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor energi, PT Pertamina (Persero) menyadari pentingnya pelestarian lingkungan untuk merespon perubahan iklim. Salah satu langkah yang diambil Pertamina untuk mengelola risiko tersebut adalah mengurangi jejak lingkungan, terutama terkait penggunaan air dan limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional.

Inisiatif Pertamina mengurangi jejak lingkungan menjadi bagian dari penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG). Selain itu langkah ini juga mendukung tujuan pembangunan keberlanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) khususnya tujuan nomor 6, Air Bersih dan Sanitasi Layak; tujuan nomor 7, Energi Bersih dan Terjangkau, serta tujuan nomor 13, yaitu Penanganan Perubahan Iklim.

Ketersediaan air dari sumber-sumber yang ada di lokasi operasional tidak hanya krusial bagi keberlanjutan usaha, tetapi juga menyangkut hajat hidup masyarakat sekitar yang bersama-sama menggunakan sumber air tersebut.  Oleh karena itu, Perseroan memastikan pemakaian air yang diambil dari berbagai sumber untuk kegiatan operasional, baik di lepas pantai maupun di daratan, dilakukan dengan bertanggung jawab. Prinsip reduce, reuse, recycle turut diterapkan dalam penggunaan air untuk operasional.


Seluruh subholding maupun entitas anak dan unit bisnis Pertamina telah dilengkapi instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang digunakan untuk mengolah air limbah, disertai pemantauan

dan pengukuran berkala. Proses pengolahan air limbah dan hasilnya dipantau serta diukur berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas serta Panas Bumi.

Setelah memenuhi standar baku mutu, sebagian hasil pengolahan air limbah dapat dilepaskan ke badan air (laut, saluran air, sungai, atau danau). Sebagian lainnya digunakan kembali dalam operasional. Sepanjang tahun 2023, Pertamina menghasilkan air terproduksi 758.339 megaliter dan sebanyak 566.288 megaliter diinjeksikan kembali untuk operasional. Adapun air terproduksi yang dialirkan ke badan air mencapai 192.050 megaliter.

Selain mengolah air limbah, Pertamina berkomitmen mengurangi jumlah pemakaian air tawar. Total volume pengurangan air tawar pada tahun 2023 mencapai 8.112 megaliter dengan pengurangan terbesar dilakukan oleh subholding Refinery & Petrochemical PT Kilang Pertamina Internasional. 

Saat menghadiri 10th Water Forum Side Event-Executive Roundtable Dialogue dalam rangkaian World Water Forum 2024 di Nusa Dua, Bali, 22 Mei lalu, Vice President (VP) Sustainability Strategy Pertamina Suripno menjelaskan aksi nyata Pertamina yang mendukung keberhasilan program pengelolaan air.

"Kami melakukan dua upaya. Pertama, upaya internal yakni aspek perilaku dan aspek teknologi. Kedua, upaya eksternal melalui kolaborasi dengan komunitas, maupun program Corporate Social Responsibility (CSR). Kami juga menyadari penggunaan air di seluruh rantai nilai bisnis Pertamina, sehingga kami menerapkan sistem dan program pengelolaan air yang memberi dampak Net Positif Water Impact (NPWI)," ujarnya.

Suripno menambahkan, Pertamina mengelola penggunaan air secara ketat. Program pengelolaan air berkelanjutan (Sustainable Water Management) dimulai dari mengidentifikasi rantai nilai konsumsi air, penetapan target, hingga implementasi program. Selain itu, metode Pertamina Water Tools yang digunakan dapat melakukan penilaian cepat terhadap penerapan sistem pengelolaan air di seluruh unit bisnis.

Pemanfaatan limbah

Akan halnya limbah operasional, setiap unit bisnis Pertamina mengolahnya berdasarkan regulasi yang berlaku, standar ISO 14001:2015 tentang Sistem Manajemen Lingkungan Limbah, serta SUPREME (Sustainability Pertamina Expectations For HSSE Management Excellence).

Limbah yang dihasilkan oleh Perseroan dikelola melalui penerapan reduce, reuse, recycle, replace, return on supplier, treatment dan disposal (5RTD). Pengelolaan limbah dapat dilakukan sendiri oleh Perseroan, maupun melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut harus lolos seleksi sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, antara lain telah memiliki izin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta memiliki fasilitas pengangkutan dan penyimpanan yang aman.

Di sejumlah anak usaha Pertamina, pengolahan limbah operasional dilakukan dengan memberdayakan masyarakat. Sebagai contoh, Program Sampah Keliling Swadaya Masyarakat (Salin Swara) yang dilaksanakan PT Badak NGL, anak usaha PT Pertamina Hulu Energi. Kegiatan Salin Swara di antaranya mengajak masyarakat menabung sampah dan memanfaatkan limbah padat non-B3 (bahan berbahaya dan beracun) dari perusahaan menjadi produk bernilai ekonomi.

Kelompok Telihan Recycle binaan Salin Swara memanfaatkan limbah alumunium dan polyurethane dari PT Badak NGL sebagai bahan baku untuk pembuatan ingot, baling-baling dan anoda, cool box, maupun kapal polyurethane. Hasilnya, lebih dari 1.000 kg limbah aluminum non-B3 dapat termanfaatkan kembali menjadi produk andal tepat guna, serta menciptakan pasar dan bisnis model baru. Selain itu pengolahan limbah tepat guna ini mereduksi 210 ton CO2eq/ tahun.

Komitmen Pertamina mengurangi timbulan limbah tak hanya mencakup limbah operasional, tetapi juga limbah serta sampah yang ada di masyarakat sekitar. Inisiatif ini misalnya dilakukan PT Pertamina EP (PEP) Subang Field yang tergabung dalam Zona 7 Subholding Upstream Regional Jawa. Bersama masyarakat Desa Cikadu, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, PEP Subang Field mengembangkan usaha pengolahan limbah daun nanas menjadi bahan tekstil ramah lingkungan, bahan campuran resin, dan bahan kertas yang bernilai tinggi.

Melalui berbagai inisiatif pengelolaan limbah, hingga akhir tahun 2023 Pertamina berhasil mengurangi limbah B3 sebanyak 421,07 ton dan limbah non-B3 sebanyak 430,48 ton. Capaian ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2022 dengan pengurangan limbah B3 sebanyak 189,70 ton dan limbah non-B3 sebanyak 183,90 ton.

Rekor PROPER

Komitmen dan konsistensi Pertamina dalam mengurangi jejak lingkungan serta pengelolaan risiko lingkungan lainnya membuahkan hasil gemilang. Pada tahun 2023 lalu, PT Pertamina (Persero) dengan subholding dan anak usahanya berhasil memboyong 34 PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Capaian ini meningkat dari tahun 2022, yang memperoleh 20 PROPER Emas.

PROPER yang merupakan akronim Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi salah satu indikator keseriusan perusahaan mencegah kerusakan lingkungan dan pencemaran akibat aktivitas industri. Selain PROPER Emas, KLHK juga memberikan 76 PROPER Hijau untuk berbagai unit operasi Pertamina.

Tak hanya itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga berhasil mendapatkan penghargaan Green Leadership Utama sebagai pimpinan tertinggi perusahaan yang memperoleh peringkat emas. Pertamina juga memborong tiga penghargaan Green Leadership Madya yang diraih para pimpinan subholding dan anak perusahaan.

"Sebagai pemimpin transisi energi di Indonesia, Pertamina akan terus menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penghargaan ini diharapkan akan meningkatkan investor global terhadap praktik bisnis Pertamina yang telah konsisten menerapkan aspek ESG di seluruh operasionalnya,” tutur Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal