Komoditas energi masih suram



JAKARTA. Pergerakan harga sejumlah komoditas energi pada semester pertama tahun ini masih suram. Pertumbuhan ekonomi global yang masih labil membuat harga komoditas di sektor ini seperti batubara dan  minyak mentah cenderung tertekan. Pada paruh pertama 2013, harga batubara yang paling merana. Simak ulasannya berikut ini :

1.    BatubaraHarga batubara di awal tahun ini dibuka di US$ 95,45 per ton. Harga batubara sempat menguat ke harga tertinggi di US$ 95,60 per ton pada akhir Januari. Setelah itu, harga terus tertekan hingga level terendah tahun ini di US$ 80,75 per ton. Senin (17/6), harga batubara untuk kontrak pengiriman Juli 2013 di ICE Futures, terkoreksi 0,12% menjadi US$ 81,05 per ton dibanding akhir pekan lalu.

Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan, pelemahan ekonomi China sebagai konsumen terbesar batubara membuat permintaan batubara dunia jadi berkurang. Ditambah lagi pengetatan aturan impor batubara oleh China ikut menambah tekanan bagi komoditas ini.


Wahyu memperkirakan, pada semester II tekanan terhadap harga batubara akan sedikit berkurang. Ekspektasi perbaikan kondisi perekonomian Amerika Serikat (AS) dan China akan membuat harga batubara kembali terangkat. Prediksi Wahyu, pada kuartal III sampai akhir tahun ini, harga batubara akan cenderung bergerak konsolidasi di kisaran harga US$ 85- US$ 95 per ton.

2.    MinyakHarga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sejak awal tahun cenderung bergerak fluktuatif. Dibuka di level harga US$ 94,76 per barel dan sempat bergerak naik ke level tertinggi tahun 2013 ke US$ 99,30 per barel pada 12 Februari 2013. Namun setelah itu harga relatif melemah. Kemarin (18/6), harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Juli 2013 di Bursa Nymex turun 0,22% menjadi US$ 97,55 per barel dibanding sehari sebelumnya.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, situasi politik dan ekonomi global yang tak mementu mempengaruhi pergerakan harga minyak di tahun ini. "Stimulus mineter dari The Fed, kondisi ekonomi Eropa dan China, serta situasi politik Timur Tengah yang rentan konflik menjadi beberapa sentimen penggerak harga minyak," ujar dia.

Nizar memperkirakan harga minyak masih akan terus fluktuatif. Tapi, akan sulit menyentuh US$ 100 per barel dalam waktu dekat.     Secara teknikal, harga minyak menunjukkan sinyal penguatan selama dua pekan ke  depan. Relative strength index (RSI) masih berada di level 60, masih berpotensi menanjak. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif. Harga juga telah bergerak di moving average (MA) 25, MA 50, MA 75, dan MA 100, yang mengindikasikan bullish.    

Proyeksi Nizar, harga minyak hingga akhir tahun bergerak sideways di US$ 90-US$ 100 per barel.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini