JAKARTA. Tren kenaikan harga batubara, minyak sawit mentah (CPO), dan minyak bumi yang terjadi di awal tahun belum menjalar ke harga komoditas pertanian. Sejak Januari hingga Maret 2017, harga komoditas pertanian seperti beras, kakao, karet, kedelai, dan jagung masih stabil. Bahkan ada kecenderungan harga beberapa komoditas pertanian itu lebih rendah dibandingkan Oktober hingga Desember 2016. Stabilnya harga komoditas pertanian global di kuartal I-2017 berbanding lurus dengan harga komoditas serupa di dalam negeri. Hanya saja memang ada beberapa komoditas yang terjadi ketimpangan harga cukup signifikan. Ketimpangan harga terjadi karena harga sejumlah komoditas pertanian nasional diatur lewat Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk melindungi petani. Berikut ulasan pada tiap komoditas.
Beras Harga beras di dalam negeri sepanjang kuartal I-2017 cukup stabil. Meskipun awal tahun masuk masa paceklik beras, tapi tak ada gejolak harga beras yang cukup berarti. Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifly Rasyid mengatakan, sepanjang awal tahun 2017, harga beras relatif stabil karena pasokan yang cukup. Hal ini disebabkan musim hujan yang berkepanjangan yang terjadi di tahun 2016 dan berlanjut hingga tahun 2017. Dia bilang, saat ini harga beras jenis medium dijual antara Rp 8.200 - Rp 11.000 per kilogram (kg). "Kalau dibandingkan harga tahun lalu, harga beras tahun ini relatif stabil," imbuhnya, Selasa (26/4). Ia memprediksi harga beras memasuki pertengahan tahun, bertepatan dengan momen puasa dan lebaran tahun ini masih akan tetap stabil. Prediksi itu karena sejumlah wilayah masih panen. Namun harga beras kemungkinan bakal melambung di akhir tahun, menyusul prediksi datangnya musim kemarau pada pertengahan tahun ini. Tren stabilnya harga beras lokal juga tergambar dari pergerakan harga beras secara global. Rata-rata harga beras di pasar global dibanderol sekitar US$ 367 per ton atau dibawah US$ 10 per busel atau per 27 kilogram (kg). Ini berarti dikonversi dalam rupiah di bawah Rp 5.000 per kg. Kakao Awal tahun 2017 bisa dibilang masa kelam bagi komoditas kakao. Citra Indonesia sebagai salah satu produsen biji kakao terbesar dunia mulai pudar seiring menukiknya produksi kakao sejak tahun 2013 silam. Zulhefi Sikumbang, Ketua Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) mengemukakan, saat ini harga kakao hanya senilai Rp 20.000 per kg atau sangat jauh dari biaya produksinya yang mencapai Rp 35.000 per kg. Tak seimbangnya antara harga jual dan biaya produksi membuat para petani kakao mulai beralih ke komoditas kelapa sawit pada tahun ini. "Efeknya adalah produksi kakao akan terus menurun dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya. Menurutnya harga kakao dunia yang rendah sejak akhir tahun lalu dan berlanjut di awal tahun ini membuat daya tawar petani kakao berkurang. Pengenaan Bea Keluar (BK) sebesar 10% juga membuat petani memilih melepas kakao mereka ke pasar lokal karena tak mungkin bersaing ke pasar global. Harga kakao global sendiri di awal tahun ini berada jauh di bawah harga ideal yang mencapai US$ 2.700 per ton dan hanya bercokol sekitar US$ 2.124 per ton atau jika dikonversi ke rupiah dibawah Rp 30.000 per kg. Kedelai
Disparitas harga yang tinggi menjadi alasan mengapa Indonesia sulit swasembada kedelai. Disparitas harga jual kedelai lokal dan kedelai impor sangat jelas terlihat, begitu pun pada awal tahun ini.Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yus'an mengatakan, selama triwulan pertama 2017 ini harga kedelai impor relatif stabil. Saat ini harga kedelai di gudang para importir rata-rata antara Rp 6.300 per kilogram (kg) - Rp 6.500 per kg. "Kalau pun ada gejolak, kemungkinan itu kalau ada perubahan nilai tukar kurs yang ekstrem," ujarnya. Sejatinya, harga kedelai global dalam tren melandai sejak awal tahun ini. Jika pada awal tahun dibuka pada level US$ 10,10 per busel, maka pada akhir Maret lalu harganya sudah di bawah US 10 per busel. Faktor kebijakan China yang menekan impor kedelai tahun ini menjadi pemicu stabilnya harga. Rendahnya harga kedelai impor membuat kedelai lokal semakin kehilangan pamor. Pasalnya, saat ini harga kedelai lokal masih stabil di atas Rp 10.000 per kg atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan harga jual kedelai impor.
Editor: Rizki Caturini