KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah kembali melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) lantaran kondisi eksternal yang tidak mendukung. Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot pada Jumat (8/3) ditutup di level Rp 14.314 per dollar AS, melorot 1,2% dari dari Rabu yang ada di Rp 14.143 per dollar AS. Dalam sepekan, rupiah melemah 1.37% dari Rp 14.120 per dollar AS pada Jumat akhir pekan lalu. Sementara itu pada kurs tengah di Bank Indonesia, rupiah juga melemah 0,66% ke level Rp 14.223 per dollar AS.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan rupiah melemah. Pertama faktor data ekspor China yang menunjukkan penurunan. Kedua yakni proyeksi bank sentral Eropa, yaitu European Central Bank (ECB) akan turunnya kinerja ekonomi Uni Eropa. “Data ekspor China pada bulan Februari mengalami penurunan terburuk sejak tiga tahun lalu. Tak hanya itu, impor China juga turun tiga bulan berturut-turut. Ini menimbulkan kekhawatiran investor pada kinerja perdagangan negara lain di Asia,” ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3). Sekedar informasi saja, data bea cukai China mencatat ekspor Februari mengalami penurunan 20,7% dari tahun sebelumnya. Impor di negara tirai bambu itu juga turun 5,2% dari tahun sebelumnya. Bhima menambahkan, kecemasan investor untuk mengoleksi mata uang rupiah juga karena proyeksi kinerja European Central Bank (ECB). Dia bilang Gubernur ECB Mario Draghi menyatakan dalam pidatonya bahwa kinerja ekonomi di kawasan Uni Eropa menurun. “Sentimen global membuat investor melepas aset yang berisiko termasuk rupiah,” pungkasnya.