Kompetisi ketat, asuransi seleksi produk



JAKARTA. Pelaku asuransi umum bakal lebih selektif menjual produk. Faktor pemicunya, persaingan yang semakin ketat serta pemberlakuan beleid modal minimum perasuransian.

Industri merespons keadaan ini dengan memilih produk asuransi kendaraan, properti, pengangkutan, rekayasa dan aneka, karena pasarnya menjanjikan dan berisiko rendah, sembari menghindari produk berisiko tinggi. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), hingga akhir 2012 produk asuransi kendaraan dan properti masih primadona. Sebanyak 94% dari 82 perusahaan asuransi umum menjual produk tersebut. Pangsa pasarnya 72%. 

Sedangkan pemain produk lain cuma sedikit. Sebut saja pemain di bisnis asuransi rangka kapal, kecelakaan dan kesehatan serta penjaminan. Pangsa pasar produk tersebut berkontribusi 20%. Jumlah penjualnya hanya 66% dari total asuransi umum.


Produk paling sepi peminat adalah asuransi pesawat udara, satelit, energi on shore dan off shore serta asuransi kredit. Hanya 10 perusahaan asuransi yang memasarkan produk-produk tersebut. Alhasil market share-nya sangat minim, sebesar 8%.

Di masa mendatang, jumlah peminat asuransi kendaraan bermotor serta properti bakal semakin banyak, meski penjualan kedua produk tersebut terkendala regulasi. Asuransi kendaraan teradang beleid uang muka kredit, sedangkan asuransi properti terbentur tarif premi referensi yang tak kunjung disepakati. Namun, karena pasarnya besar, hambatan tersebut tak menyurutkan minat industri.

Budi Herawan, Ketua Bidang Analisa, Informasi dan Statistik AAUI, menjelaskan aturan permodalan mendorong perusahaan memilih produk yang aman dari klaim  besar. Misalnya, asuransi kendaraan, aneka hingga kecelakaan.

Kehadiran perusahaan baru, terutama milik asing, juga mengarahkan pelaku industri bermain aman. Menurut Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, fokus ke lini produk tertentu paling memungkinkan agar bertahan di tengah kompetisi ketat. "Cara bertahan paling bagus, ya, fokus di lini tertentu," tegasnya.

Alternatif lain, kata Julian, menjajal produk yang menyasar langsung ke individu. Hanya saja, langkah ini bukan tanpa kendala. Nilai premi produk personal biasanya tidak seberapa dibandingkan premi asuransi properti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: