Komunikasi Tim Kampanye Donald Trump Diretas, Salahkan Iran



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Tim kampanye calon Pesiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut, beberapa komunikasi internalnya diretas dan menyalahkan pemerintah Iran, tanpa memberikan bukti langsung.

Pernyataan tim kampanye Partai Republik itu muncul tak lama setelah situs web berita Politico melaporkan bahwa mereka mulai menerima email pada bulan Juli dari sumber anonim yang menawarkan dokumen asli dari dalam operasi Trump. Termasuk laporan tentang "potensi kerentanan" calon wakil presiden JD Vance.

"Dokumen-dokumen ini diperoleh secara ilegal dari sumber asing yang memusuhi Amerika Serikat, yang dimaksudkan untuk mengganggu pemilihan 2024 dan menimbulkan kekacauan di seluruh proses Demokratik kita," kata juru bicara tim kampanye Trump Steven Cheung dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Minggu (11/8).


Sabtu malam, Trump mengunggah di aplikasi Truth Social miliknya, Microsoft baru saja memberi tahu tim kampanye bahwa Iran telah meretas salah satu situs webnya. Ia menyalahkan Iran, seraya menambahkan bahwa mereka "hanya dapat memperoleh informasi yang tersedia untuk umum." Ia tidak menjelaskan lebih lanjut tentang peretasan tersebut.

Reuters belum memverifikasi identitas para peretas yang diduga atau motivasi mereka secara independen.

Tim kampanye Trump merujuk pada laporan Jumat (9/8) dari para peneliti Microsoft yang mengatakan, peretas yang terkait dengan pemerintah Iran mencoba membobol akun seorang "pejabat tinggi" dalam kampanye presiden AS pada bulan Juni.

Baca Juga: Beda dengan Donald Trump, Kamala Harris Tidak Akan Intervensi The Fed

Para peretas telah mengambil alih akun milik mantan penasihat politik dan kemudian menggunakannya untuk menargetkan pejabat tersebut, kata laporan tersebut. Laporan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang identitas para target.

Seorang juru bicara Microsoft menolak menyebutkan nama pejabat yang menjadi target atau memberikan rincian tambahan setelah laporan tersebut diterbitkan.

Misi tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York mengatakan dalam sebuah email bahwa "pemerintah Iran tidak memiliki atau menyimpan niat atau motif apa pun untuk ikut campur dalam pemilihan presiden Amerika Serikat."

"Kami tidak mempercayai laporan semacam itu," imbuhnya menanggapi tuduhan tim kampanye Trump.

Pada hari Jumat, menanggapi temuan Microsoft, misi PBB Iran memberi tahu Reuters bahwa kemampuan sibernya "bersifat defensif dan sepadan dengan ancaman yang dihadapinya," dan mereka tidak berencana untuk melancarkan serangan siber.

Donald Trump memang memiliki hubungan yang tegang dengan Iran saat menjabat. Di bawah Trump, Amerika Serikat membunuh komandan militer Iran Qassem Soleimani pada tahun 2020 dan menarik diri dari kesepakatan nuklir multilateral Iran.

"Orang Iran tahu bahwa Presiden Trump akan menghentikan pemerintahan teror mereka seperti yang dilakukannya dalam empat tahun pertamanya di Gedung Putih," kata Cheung.

Trump selamat dari upaya pembunuhan pada bulan Juli. Meskipun tidak ada dugaan bahwa tersangka terkait dengan Iran, CNN melaporkan bulan lalu bahwa AS memiliki informasi intelijen tentang rencana Iran terhadap Trump. Iran telah membantah tuduhan tersebut.

Editor: Khomarul Hidayat