KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (
DSNG) berusaha mempertahankan bisnisnya di tengah tantangan yang menghadang industri sawit Tanah Air. Berdasarkan laporan keuangan, penjualan DSNG turun tipis 0,46% year on year (YoY) menjadi Rp 6,56 triliun per kuartal III-2023. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk DSNG juga menyusut 43,72% YoY menjadi Rp 502,63 miliar. Jenti Widjaja, Chief Financial Officer Dharma Satya Nusantara tidak menyebut secara gamblang proyeksi penjualan dan laba bersih DSNG hingga akhir 2023 bila berkaca pada hasil yang dicapai perusahaan sejauh ini. Menurutnya, penjualan dan laba bersih DSNG akan bergantung kepada tren pergerakan harga jual minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) global pada kuartal IV-2023.
Baca Juga: Dharma Satya Nusantara (DSNG) Raup Pendapatan Rp 6,6 Triliun Per Kuartal III 2023 Mengutip trading economics, harga CPO bertengger di level RM 3.678 per ton pada Selasa (31/10). Harga CPO beberapa kali naik-turun sepanjang 2023. Namun, bila dihitung secara tahunan, harga CPO terkoreksi 13,02% YoY. Beruntung, meski ada tekanan pada kinerja penjualan, DSNG masih membukukan kinerja operasional yang mumpuni. Terbukti, produksi CPO DSNG naik 7,5% YoY per kuartal III-2023 yang dipicu oleh pertumbuhan produksi tandan buah segar (TBS) perusahaan 5,5% YoY. Harga rata-rata penjualan atau average selling price (ASP) CPO DSNG pun sebenarnya lebih baik pada tahun ini yakni Rp 11,5 juta per ton. Secara kuartalan, produktivitas kebun inti DSNG mampu tumbuh 14,5% quarter on quarter (QoQ) pada kuartal III-2023. Selain itu, produksi kebun plasma perusahaan juga naik 16,4% QoQ pada kuartal III-2023. “Menurut perkiraan kami, produksi TBS pada kuartal IV-2023 tidak akan jauh berbeda dengan produksi pada kuartal sebelumnya,” ujar Jenti, Selasa (31/10). DSNG dapat bernapas lega karena produksi TBS-nya pada 2023 tidak terpengaruh signifikan oleh fenomena El-Nino. Sejauh ini, fenomena El-Nino yang terjadi di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur yang merupakan wilayah operasi DSNG, tampak lebih ringan dibandingkan El-Nino pada akhir 2019 silam. “Dampak El-Nino biasanya akan dirasakan sekitar 6 sampai 24 bulan berikutnya,” tukas Jenti. Manajemen DSNG juga mengaku tren pelemahan rupiah berpotensi mengerek biaya produksi perusahaan. Sebab, beberapa komponen produksi di segmen bisnis sawit dan kayu DSNG masih ada yang diimpor seperti pupuk dan lem, sehingga terkait erat dengan pergerakan rupiah terhadap dollar AS. Kembali merujuk laporan keuangan, beban pokok produksi DSNG naik 11,63% YoY menjadi Rp 4,99 triliun per akhir kuartal III-2023.
Baca Juga: Dharma Satya (DSNG) Catatkan Pendapatan Rp 6,6 Triliun Hingga Kuartal III-2023 Walau begitu, pelemahan rupiah juga bisa menjadi peluang bagi DSNG untuk menggenjot penjualan dari segmen bisnis kayu yang notabene berorientasi ekspor. Namun, ini juga bukan hal mudah untuk dilakukan DSNG mengingat beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan Jepang mengalami perlambatan permintaan seiring tingkat suku bunga acuan yang cenderung bertahan di level tinggi. Per kuartal III-2023, penjualan DSNG di segmen bisnis kayu turun 33,22% YoY menjadi Rp 792,72 miliar.
Lebih lanjut, tanpa menyebut secara rinci, Manajemen DSNG mengklaim serapan capital expenditure (capex) atau belanja modal perusahaan hingga kuartal III-2023 telah mendekati target yang dicanangkan. Tahun ini DSNG menyediakan capex senilai Rp 800 miliar. Tadinya, DSNG hendak memakai capex tersebut untuk membangun pabrik kelapa sawit (PKS) baru di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Namun, pembangunan PKS ini baru dijadwalkan pada 2024, sehingga DSNG mengalihkan capex tahun 2023 untuk pembangunan dan perawatan infrastruktur pabrik eksisting hingga penyelesaian proyek tangki bulking dan proyek otomasi mesin beberapa pabrik perusahaan. “Kami juga gunakan capex untuk kegiatan replanting,” tandas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi