Kondisi cuaca mengganggu operasional Delta Dunia Makmur



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas penambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) belum sejalan dengan meningkatnya kontrak penambangan yang diperoleh melalui anak usahanya, PT Bukit Makmur Mandiri (BUMA).

Sejak awal tahun hingga April 2018, pengupasan tanah atawa overburden removal yang dilakukan melalui anak usaha DOID, PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) tercatat 108,9 juta bank cubic maters (bcm), turun 2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,111,2 juta bcm.

Total produksi batubaranya sebesar 13 juta ton. Angka itu turun 5% dibanding Januari-April 2017, 13,7 juta ton.


Penurunan itu dipicu oleh kondisi cuaca yang kurang mendukung. Namun, memasuki kuartal II ini kondisi itu mulai berbalik. Kondisi cuaca lebih baik sehingga aktivitas penambangan menjadi lebih lancar.

Hal itu tercermin dari overburden removal per April 2018 yang sebesar 29,1 juta bcm. Sedang produksi batubaranya sebesar 3,3 juta ton. Kedua angka itu mencerminkan angka produksi harian yang lebih tinggi 3% dibanding bulan sebelumnya.

Maret 2018, overburden removal tercatat 29,1 juta bcm. Sementara, produksi batubaranya sebesar 3,4 juta bcm.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhamad Nafan Aji mengatakan, meredanya curah hujan akan memberikan efek positif bagi DOID. "Apalagi secara eksternal, pergerakan harga komoditas batubara berpotensi menguat ke depan," imbuhnya, Kamis (17/5).

Harga batubara Newcastle kemarin sempat di level US$ 105,85 per ton. Sehingga, hal itu berpotensi memberikan katalis positif bagi meningkatnya kinerja pendapatan maupun laba bersih DOID ke depannya.

Dari segi pergerakan harga saham, DOID membentuk pola bullish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Apalagi saat ini pergerakan harga saham DOID lebih cenderung bertahan di atas garis up channel, sehingga secara umum, arah tren DOID ke depannya masih bullish.

"Buy saham DOID dengan target harga sepekan Rp 1.390 per saham," pungkas Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat