Kondisi ekspor ke Mesir baru berangsur normal dalam tiga bulan kedepan



JAKARTA. Setelah Presiden Hosni Mubarak memutuskan mundur dari jabatannya sebagai presiden Mesir, diharapkan situasi ekspor Indonesia ke Mesir kembali normal. Ketua Komite Tetap Kadin bidang Kerjsama Ekonomi Timur Tengah, OKI dan Eropa, Fachry Thaib memprediksi situasi di Mesir kembali normal. "Kami mengharapkan situasi segera normal kembali," kata Fachry kepada KONTAN, Minggu (13/2).Menurut Fachry kondisi yang terjadi di Mesir belakangan ini sama seperti keadaan yang terjadi di Indonesia pascalengsernya Soeharto 1998. Selama terjadinya demonstrasi besar-besaran di Mesir, sejumlah ekspor Indonesia terpaksa dihentikan. "Ekspor kita saat ini terhenti, padahal sudah terlanjur pengapalan," imbuh Fachry.Fachry menambahkan bahwa situasi politik di Mesir sekarang belum bisa diprediksi karena kekuatan-kekuatan yang berpotensi menimbulkan kekacauan masih ada. Namun, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan duta besar Indonesia di Mesir AM Sachir untuk terus memantau keadaan.Sekarang ini stok ekspor Indonesia ke Mesir masih tertahan di pelabuhan Mesir, "Sebagian lagi eskpor kita masih terhenti di pelabuhan transit Dubai," jelas Fachry. Ia memperkirakan ekspor yang sempat terhenti ini akan pulih kembali dalam jangka waktu dua sampai tiga bulan ke depan dengan catatan tidak terjadi lagi kekacauan di Mesir. Sementara itu, para pengusaha pasti mengalami kerugian akibat ongkos gudang dan biaya selama barang-barang ekspor ke Mesir masih tertunda di beberapa pelabuhan.Fachry mengatakan ada sejumlah ekspor Indonesia ke Mesir yang belakangan ini tertunda yakni kertas, ban, minyak sawit mentah, onderdil kaca ware dan banyak lagi. "Tahun lalu perdangangan kita dengan Mesir mencapai US$ 1,2 miliar dan Indonesia mengalami surplus ekspor ke Mesir," ungkap Rachry.Untuk sementara ini, eskpor ke Mesir masih tertunda. Sekarang para pengusaha ekspor Indonesia ke Mesir masih melihat situasi perubahan politik di Mesir beberapa hari ke depan. "Apakah perubahan aturan di Mesir berupa memperketat atau memperlonggar barang-barang impor masih kami pantau," terang Fachry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini