KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia Tbk (
GIAA) tengah limbung. Pengamat BUMN Toto Pranoto mengatakan, kondisi keuangan Garuda Indonesia sudah bermasalah jauh sebelum Covid-19 terjadi. Namun perbedaannya, sebelum Covid-19, keuangan Garuda Indonesia masih bisa menghasilkan
revenue. Sementara setelah ada Covid-19, pendapatan ada tapi terus merosot. Hal ini tergambar pada laporan keuangan GIAA di kuartal III 2019 dan kuartal III 2020, setelah dan sebelum Covid-19 mewabah. Toto menyebutkan, pada pos pendapatan, pada kuartal III 2019 GIAA masih bisa menghasilkan US$ 3,5 miliar. Namun, pada kuartal III 2020, Garuda cuma bisa meraih pendapapatan US$ 1,1 miliar atau turun hampir 67%.
"Pengeluaran dan biaya operasional mengalami penurunan selama pandemi. Pada tahun lalu, angka pengeluaran dan biaya operasional turun hampir mencapai 31%," ujarnya dalam acara diskusi publik bertajuk "Menyelamatkan Garuda" yang berlangsung virtual, Selasa (8/6).
Baca Juga: Garuda Indonesia memiliki pinjaman di sejumlah bank, begini status kreditnya Toto melanjutkan, permasalahannya terletak pada struktur biaya GIAA. Struktur biaya paling besar GIAA terletak pada pembiayaan leasing pesawat sebesar 75%. Sisanya kemudian, terdiri dari utang jangka pendek dan jangka panjang. Dengan demikian, keputusan melakukan negosiasi dengan
lessor dinilai menjadi pilihan tepat. Kata Toto, sumbangan yang paling besar
cost structure Garuda Indonesia adalah
short term debt, factoring liabilities. "Sehingga langkah Garuda Indonesia dan Kementerian BUMN melakukan negosisasi dengan
lessor pesawat, saya kira memang yang utama karena bebannya ke keuangan Garuda sangat besar," imbuhnya. Toto menilai, saat ini GIAA sudah melakukan langkah penyelematan tepat, namun tidak tahu sampai kapan langkah mitigasi bisa dilakukan. Ia melihat, jika vaksinasi Covid-19 lancar dan merata pada semester II 2021 mendatang, maka maskapai akan kembali pulih dan bangkit. Terutama untuk penerbangan domestik. Penumpang domestik sendiri berkontribusi 78%.
Ia juga berharap, pinjaman utang yang diberikan pemerintah kepada GIAA tidak macet sehingga maskapai ini tidak makin kesulitan menjaga
cash flow.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat