KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran pendanaan fintech p2p lending ke sektor produktif masih cukup tinggi meskipun kondisi perekonomian masih terdampak oleh peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia. Beberapa pemain juga masih terus menggenjot penyaluran dananya untuk pelaku UMKM yang unserved dan underbanked. Kalau melihat data OJK per Mei 2021, porsi penyaluran dana ke sektor produktif turun 53,15% dengan nilai mencapai Rp 6,99 triliun. Di bulan sebelumnya, porsi penyaluran fintech di sektor produktif sebanyak 56,19% dengan nilai mencapai Rp 6,85 triliun. Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2B Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang W Budiawan menganggap kondisi tersebut wajar mengingat dinamika perekonomian di Indonesia yang terdampak dengan peningkatan Covid-19. Menurutnya, porsi penyaluran pinjaman di sektor produktif pada bulan Mei masih lebih tinggi dibandingkan awal tahun ini.
“Dampak PPKM dapat menyebabkan banyak pelaku usaha utamanya usaha informal juga terdampak. OJK terus melakukan monitoring perkembangan fintech P2P lending agar tetap tumbuh berkontribusi khususnya ke UMKM,” ujar Bambang kepada Kontan.co.id, Selasa (20/7). Bambang juga bilang, OJK juga terus mendorong asosiasi dan para pelaku fintech lending untuk dapat lebih optimal memberikan kontribusi bagi perekonomian terutama dalam rangka pemulihan ekonomi karena pandemi Covid-19.
Baca Juga: Terlanjur terjerat pinjol ilegal, lakukan 5 hal ini Menurutnya, pemain fintech lending ini bisa berkolaborasi dengan kementerian atau lembaga untuk menjangkau sektor-sektor produktif. “Ke depan kami juga ingin memprioritaskan platform dengan pinjaman sektor produktif untuk pendaftaran platform yang baru,” tambah Bambang. Salah satu fintech lending yang terus berupaya menambah penyaluran dana ke sektor produktif ialah KrediFazz yang merupakan bagian dari FinAccel. Dari akumulasi pinjamannya, porsi pendanaan untuk sektor produktif sebanyak 23% dan sisanya untuk sektor konsumtif. “Untuk tahun ini, penyaluran pinjaman sektor produktif per bulan sudah mencapai porsi rata-rata 33%,” ujar CEO Kredifazz Alie Tan Hanya saja, Alie enggan membeberkan berapa nilai akumulasi pinjaman yang saat ini dimiliki oleh KrediFazz. Ia hanya bilang kalau secara umum penyaluran pinjaman di sektor produktif terus meningkat sejak awal tahun ini. Ke depan, Alie berharap penyaluran pinjaman untuk sektor produktif terus meningkat porsinya dengan memanfaatkan momentum kondisi pandemi covid-19 yang tidak menentu. “Dengan kondisi pandemi seperti saat ini, pinjaman untuk sektor produktif akan memiliki dampak yang lebih luas untuk masyarakat,” tambah Alie. Sedikit berbeda, pemain fintech lending DanaRupiah mengaku masih memiliki porsi pendanaan produktif yang masih kecil di kisaran 10%. Asal tahu saja, total penyaluran pinjaman DanaRupiah di paruh pertama tahun ini mencapai ??sekitar Rp 800 miliar. “Secara year-on-year untuk sektor produktif masih turun karena kondisi pandemi seperti saat ini,” ujar Presiden Direktur DanaRupiah Entjik S. Djafar. Ke depan, Entjik berniat untuk menaikkan porsi sektor produktif di tahun depan hingga mencapai 15%. Salah satu cara yang dilakukan ialah melakukan kerjasama dengan BPR ataupun koperasi yang sudah berpengalaman mempunyai network UMKM dalam mengembangkan sektor produktif. Hingga saat ini, DanaRupiah sudah melakukan pembiayaan untuk petani jagung dan UMKM berskala kecil seperti pedagang baju, konveksi kecil, pedagang makanan. Entjik juga bilang pandemi covid-19 ini memang masih cukup memberi dampak pada penyaluran pinjaman di DanaRupiah. Alhasil, perusahaan juga harus merevisi target akhir tahunnya yang awalnya mencapai Rp 3 triliun menjadi Rp 2 triliun.
Baca Juga: Akseleran jaga rasio NPL di level 0,09% hingga Juni 2021 “Saat ini kami masih fokus pada existing client ataupun loyal customer,” tambah Entjik. Selain Kredifazz dan DanaRupiah, ada juga fintech lending yang seluruh pendanaannya memang dikhususkan untuk sektor produktif seperti yang dijalankan oleh Amartha. Pemain fintech ini mengkhususkan pendanaannya untuk wanita pelaku usaha di sektor UMKM.
Hingga paruh pertama tahun ini, Amartha telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 914 miliar yang berarti tumbuh 35% secara yoy. Adapun penyaluran di luar jawa mendominasi sebanyak 60,3% dengan wilayah di Sumatera dan Sulawesi. “Secara akumulatif Amartha telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 3,93 triliun. Di akhir 2021, Amartha memiliki target untuk memberdayakan hingga 1 juta mitra,” ujar CEO Amartha Andi Taufan Garuda. Saat ini, Amartha masih serius untuk menggarap sektor perdagangan mengingat sektor tersebut mendominasi sekitar 60% dari total peminjam. Sebagai informasi, dari sektor perdagangan tersebut dibagi beberapa sektor lagi, seperti penjual makanan, penjual makanan, hingga pemilik warung yang paling banyak sebesar 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi