Jakarta, - Samuel Aset Manajemen (SAM) memperkirakan, meski masih ada ketidakpastian yang terutama berasal dari sisi eksternal (global), prospek reksadana tahun 2019 akan membaik/positif terbantu dengan prospek ekonomi makro yang lebih baik dibandingkan tahun ini. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menjelaskan, beberapa isu/tantangan global yang masih menjadi perhatian investor global dan domestik adalah kebijakan suku bunga The Fed, kesepakatan perdagangan antara AS-China, potensi naiknya suku bunga dari Bank Sentral Uni Eropa (European Central Bank – ECB), dan fluktuasi harga minyak mentah. Namun demikian, dijelaskan Lana, investor sudah memfaktorkan kemungkinan kebijakan the Fed di tahun 2019 akan cenderung ‘
dovish’ seperti disampaikan dalam pidato Gubernur the Fed Jerome Powell beberapa waktu lalu yang menyatakan suku bunga the Fed sudah mendekati normal.
Investor tampaknya juga meyakini akan tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS-China walaupun membutuhkan waktu dan pembicaraan yang sulit. Perang dagang antara AS-China bukan hanya merugikan dan membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut, tetapi juga pertumbuhan ekonomi global. Beberapa proyeksi dari badan internasional seperti, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerjasama Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan adanya penurunan ekonomi global antara 0,1% s.d 0,2% jika ditetapkan tarif sebesar 10%, dan penurunan hingga 1% jika diterapkan tarif 25%. Kedua tantangan utama tersebut, kata Lana, saat ini menjadi perhatian utama investor, sehingga jika kedua tantangan tersebut hasilnya sesuai dengan ekspektasi pasar, maka ketidakpastian global akan menurun, dan membuat ‘
risk appetite’ investor membaik sehingga mereka akan lebih yakin menambah portofolionya di
emerging market (EMs) termasuk Indonesia. Meningkatnya portofolio dana asing yang masuk ke pasar modal ini menjadi faktor positif penggerak saham dan obligasi. Keduanya akan menjadi sumber devisa yang bisa menguatkan nilai tukar rupiah dan memperbaiki Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Masuknya portofolio dana asing ini juga menjadi potensi naiknya IHSG di tahun 2019. Ditambah dengan membaiknya kinerja emiten seiring dengan mulai stabilnya rupiah dan membaiknya daya beli masyarakat, meningkatnya bantuan-bantuan sosial pemerintah terutama untuk masyarakat berpendapatan rendah. Konsumsi rumah tangga yang membaik masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik di tahun 2019. Samuel Aset Manajemen (SAM) perkirakan ekonomi Indonesia di tahun 2019 akan tumbuh antara 5,17% s.d 5,24%, membaik dibandingkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2018 yang sebesar 5,08% s.d 5,12%. Jangan Tunda Investasi Dengan perkembangan situasi ekonomi global dan domestik tersebut, tak perlu ragu untuk berinvestasi, terutama di produk reksadana. Hanya saja, perhatikan beberapa hal, sebelum berinvestasi. Antara lain, memiliki tujuan keuangan dan jangka waktu investasi yang terukur, sehingga dapat memilih produk investasi yang tepat sesuai profil risiko. Profil risiko masing-masing investor bisa berbeda, dari yang sangat konservatif sampai yang paling agresif. “Pemahaman profil risiko investasi yang tepat sesuai dengan toleransi risiko investor sangatlah berguna untuk mengetahui potensi imbal hasil (
return) yang optimal,”ucap Lana. Selanjutnya, memilih jenis reksadana. Reksadana terdiri dari beberapa jenis yang masing-masingnya memiliki perbedaan dalam memberikan imbal hasil dan risiko. Berdasarkan jenis portofolionya: reksadana saham, reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang dan reksadana campuran. Berdasarkan prinsip pengelolaannya: reksadana Syariah dan reksadana Konvensional. Sedangkan berdasarkan masa penawaran terdiri atas reksadana
closed end dan reksadana
open end. Sebelum berinvestasi, jangan lupa untuk membaca dan memahami prospektus reksadana. Prospektus reksa dana berisi profil produk reksa dana. Hal ini meliputi informasi lebih detail seperti manfaat investasi, risiko investasi, dan komposisi aset portfolio. Ketahui tata cara berinvetasinya termasuk berapa besar biayanya, seperti minimal nilai pembelian, biaya pembelian, penjualan kembali, dan pengalihan unit penyertaan reksa dana. Tak kalah penting, memilih Manajer Investasi. Strategi dan kebijakan investasi produk reksa dana sepenuhnya oleh Manajer Investasi, sehingga kinerja produknya akan ditentukan oleh keahlian Manajer Investasi dalam mengelola reksadana tersebut. Karena itu, pilihlah Manajer Investasi yang memiliki rekam jejak dan kredibilitas yang baik dalam mengelola produk reksadana. Dana kelolaan (AUM) yang besar juga mencerminkan kepercayaan investor terhadap Manajer Investasi. Sebagai investor, jangan lupa untuk memantau kinerja reksadana. Kinerja reksa dana dapat tercermin berdasarkan data historikal suatu reksa dana, seperti pergerakan Nilai Aktiva Bersih (NAB), imbal hasil, dan risiko. NAB per unit merupakan harga portofolio yang telah dikurangi biaya operasional dan dibagi dengan jumlah unit penyertaan yang dimiliki investor saat ini. Durasi investasi, juga perlu dilihat dari tujuan keuangan dan profil risiko dari investor agar menghasilkan keuntungan yang optimal. Sebagai contoh reksa dana saham sebaiknya digunakan untuk tujuan keuangan jangka panjang di atas 5 tahun karena nilainya sangat fluktuatif, bisa saja nilainya dalam jangka menengah dan pendek malah turun, baru naik lagi dalam jangka panjang. Reksa dana saham misalnya cocok untuk karyawan yang ingin menyiapkan dana kesehatan dan biaya hidup di hari tua, tapi masih baru akan masuk usia pensiun 15 tahun lagi atau lebih. Sedangkan untuk tujuan keuangan jangka pendek 1-3 tahun, misalnya untuk persiapan biaya pernikahan, reksa dana pasar uang lebih cocok. Tentu saja, dalam perjalanan, investasi akan naik turun seiring kondisi pasar. Volatilitas adalah bagian dari dinamika pasar, yang perlu diperhatikan investor waktu memilih produk investasi adalah kinerja produk, tata kelolanya dan bagaimana likuiditasnya saat perlu menjualnya. Cermat Alokasikan Dana Tahun 2019, pasar diperkirakan membaik karena mata uang rupiah mulai stabil dan harga minyak turun, sehingga indikator makro dan kinerja emiten juga membaik. Semua jenis reksadana akan lebih baik. Namun, meski kondisi pasar membaik, tetap pilihlah reksadana yang sesuai dengan karakter investor dan jangka waktu berinvestasinya. Meski investasi memiliki risiko, namun yang harus dipahami, mengetahui risiko bukanlah untuk menimbulkan rasa khawatir, melainkan agar bisa mengelola keuangan untuk memperoleh hasil investasi optimal. Hal pertama yang perlu diketahui investor pemula adalah bahwa imbal hasil investasi di reksa dana tidak pasti. Sebagaimana halnya seperti berinvestasi pada logam mulia atau emas, nilainya bisa bertambah atau berkurang. Bagi yang akan berinvestasi, juga harus cermat dalam hal alokasi investasi sesuai pendapatan. Pada perencanaan keuangan dikenal prinsip 10-20-30-40. Ini artinya, 10% dari pendapatan bulanan/tahunan dihabiskan untuk kebaikan, seperti beramal, sedekah, membantu orang tua atau keluarga yang membutuhkan. 20% adalah porsi untuk masa depan yakni menyisihkan untuk Dana Darurat, Investasi dan Asuransi. 30% untuk membayar cicilan atau utang yang sifatnya produktif, seperti cicilan properti atau kendaraan untuk menunjang pekerjaan. Porsi 40% digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti biaya makan, listrik, pulsa dan lain-lain. Dari 20% porsi Masa Depan, dana darurat sebaiknya dipenuhi terlebih dahulu, setidaknya mencapai sampai tiga kali nilai pengeluaran perbulan. Selanjutnya baru memenuhi porsi investasi dan asuransi. Sebaiknya investasi minimal 10% dari penghasilan, nantinya bisa meningkat seiring bertambahnya pendapatan. Nah, jangan lupa untuk
top up atau terus menambah investasi. Menambah investasi, bisa dilakukan dua cara, secara manual maupun
auto debit.
Top up manual disarankan untuk orang yang pendapatan bulanannya tidak tetap atau sudah memiliki
idle money (uang menganggur) yang cukup. Tapi bagi yang punya penghasilan tetap bulanan, belum punya dana darurat dan pendapatan yang belum besar, auto debit lebih baik. Auto debit juga bisa melatih diri berdisiplin menyisihkan dana untuk kebutuhan masa depan. Seberapa besar pun uang yang dimiliki, jika tidak disiplin menyisihkan, akan ada saja godaan untuk menggunakan tidak sesuai kebutuhan. Nah, jika ingin berinvetasi reksadana, pilih produk SAM. Di SAM, tersedia berbagai jenis produk reksadana baik konvesional maupun Syariah. Produk SAM termasuk yang terbaik di kelasnya dan masing-masing dan menjadi unggulan lembaga pemeringkat reksa dana serta menjadi pilihan cerdas para investor berpengalaman.
Kinerja tersebut merupakan hasil dari keahlian meracik strategi investasi yang tepat, pengalaman, serta semangat untuk selalu memberikan yang terbaik kepada nasabah. Untuk berinvestasi di SAM, cukup mendaftar melalui website
www.reksadanasam.co.id dengan minimal investasi hanya Rp100 ribu saja. Di tahun 2019, SAM menargetkan imbal hasil Reksadana Pasar Uang sekitar 5-6%, Reksadana Obligasi 8-10%, Reksadana Campuran 12-13,5% dan Reksadana Saham 15-18%., SAM menerapkan strategi dengan memilih aset berdasarkan fundamentalnya, dengan memilih sektor dan emiten yang paling prospektif agar target imbal hasil dapat tercapai. Berorientasi untuk berinvestasi jangka panjang dan menerapkan racikan alokasi aset yang baik disertai dengan manajemen risiko yang baik. Segera investasi reksadana di SAM. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Evelyne Lee