KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Henan Putihrai Sekuritas melihat prospek pasar yang cerah di tahun 2022. Ini tercermin dalam proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bisa menyentuh level 7.300 tahun depan. Adapun beberapa sektor yang menjadi unggulannya adalah perbankan, telekomunikasi, bahan bangunan, dan kesehatan. Di sektor perbankan, saham plat merah
BMRI dan
BBNI menjadi pilihan dengan target harga masing-masing Rp 8.600 per saham hingga Rp 8.750 per saham. Dalam riset diungkapkan,
loan to deposit ratio (LDR) bank umum mencapai 79% pada Agustus 2021. Ini lebih rendah dibandingkan dengan Agustus tahun lalu yang berada di 85% dan Desember 2019 yang berada di 94%. Jika bisa disalurkan secara efektif, maka akan berdampak signifikan untuk pergerakan perekonomian.
Di sisi lain, pemanfaatan digital dinilai akan membantu meningkatkan penyaluran pinjaman di masa mendatang, dalam bentuk BNPL atau
digital credit cards yang didistribusikan melalui berbagai
marketplace, e-commerce, dan
point of sales. Adapun operasional perbankan di tahun 2022 juga akan minim interaksi fisik dan lebih banyak interaksi digital.
Baca Juga: Masih Tren Bearish, IHSG Rabu (1/12) Berpeluang Kembali Tertekan Selain itu, ada
TLKM dan
EXCL yang dijagokan di sektor telekomunikasi. TLKM dengan target harga Rp 4.020 per saham dan EXCL di Rp 3.700 per saham. Henan Putihrai menyebut, pemerintah yang mendukung digitalisasi di beberapa industri seperti UKM dan manufaktur, mendorong adanya lonjakan permintaan data. Adapun hadirnya teknologi 5G menjadi katalis positif lainnya. Sementara itu untuk bahan bangunan, emiten semen
SMGR dan
INTP atraktif dengan target harga masing-masing Rp 10.800 per saham dan Rp 15.000 per saham. Pada bulan Oktober 2021, SMGR dan INTP telah mencatat kenaikan
average selling price (ASP). Kenaikan ASP ini diharapkan masih akan berlanjut tahun depan sebesar 5% hingga 10%, mengingat adanya peningkatan biaya.
Baca Juga: Wall Street masih tertekan akibat varian baru Covid-19 Asal tahu saja, dengan kenaikan ASP, emiten semen berpotensi mengantongi profitabilitas yang lebih baik. Apalagi dengan adanya penurunan harga batubara dan pemerintah telah menyetujui batasan harga batubara domestik di US$ 90/ton. "Kami berharap industri semen akan mendapatkan keuntungan dari kemungkinan biaya yang jauh lebih rendah," ungkap Henan Putihrai dalam riset. Selain profitabilitas yang lebih baik, pertumbuhan volume penjualan juga diperkirakan bertumbuh tahun depan. Ini tidak terlepas dari tren peningkatan mobilitas yang akan berlanjut. Sehingga, adanya peningkatan
marketing sales akan mengerek permintaan semen pada tahun 2022. Adapun di sektor kesehatan
SILO dan
HEAL menjadi pilihan dengan target harga masing-masing Rp 11.350 dan Rp 1.320 per saham. Sepengamatan Henan Putihrai Sekuritas, walaupun kasus Covid-19 mulai mereda, layanan kesehatan masih menjadi perhatian karena masyarakat semakin menyadari akan pentingnya kesehatan setelah melalui pandemi Covid-19.
Baca Juga: Mengintip saham dan sektor yang menarik tahun depan, apa saja? Mempertimbangkan hal tersebut, penyedia layanan kesehatan berusaha mengembalikan layanan ke bisnis dasarnya. Di samping itu, penyedia layanan kesehatan tetap ekspansif secara agresif agar dapat mengembalikan pertumbuhan. Caranya, dengan terus meningkatkan kapasitas secara organik dan anorganik, serta meningkatkan pelayanan dan fasilitasnya.
Adapun tingkat penetrasi layanan kesehatan yang masih rendah saat ini menandakan besarnya peluang pertumbuhan di masa mendatang. Di sisi lain, Indonesia memiliki peluang kematian tinggi dari penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, kanker, pernapasan kronis, dan diabetes. Saat ini, penyedia layanan kesehatan juga telah menerapkan digitalisasi agar bisnis lebih efisien. Di samping itu, langkah ini akan membantu masyarakat mengakses layanan dengan mudah, yang diharapkan dapat mendukung pertumbuhan layanan di industri kesehatan ke depan.
Baca Juga: Demi analisis fundamental yang lebih akurat, BEI terapkan metode PER trailing Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati