KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Parkir Indonesia (IPA) dan perusahaan keuangan digital PT Trans Digital Cemerlang sepakat bahwa koneksi internet yang stabil merupakan infrastruktur utama yang menentukan perkembangan penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Indonesia. Ketua IPA Rio Octaviano menjelaskan bahwa penggunaan transaksi digital dalam sistem perparkiran sudah hampir merata di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Namun, terdapat beberapa daerah yang ekosistemnya belum mendukung secara optimal.
Baca Juga: Asosiasi dan Perusahaan Digital Dorong Aturan Wajib Digitalisasi Transaksi Pembayaran "Saat ini, tergantung dari daerahnya. Apakah daerah tersebut sudah menerima sistem pembayaran digital atau belum. Ada beberapa daerah yang meskipun tergolong maju, secara ekosistem digitalnya belum terbentuk. Ini menjadi masalah," ujar Rio, Jumat (27/9/2024). Rio mengatakan bahwa operator parkir sudah siap menerapkan transaksi digital, termasuk penggunaan QRIS. Namun, ia menyoroti perlunya pengembangan infrastruktur internet. "Digitalisasi pembayaran ini memiliki satu kunci infrastruktur wajib, yaitu koneksi internet. Dalam bisnis ini, koneksi internet menjadi pembiayaan tambahan. Jika masih menggunakan sistem offline, mungkin kebutuhan akan konektivitas tidak sebesar ini," jelas Rio. Ia menambahkan bahwa penggunaan QRIS memerlukan koneksi internet yang stabil. Beberapa anggota IPA yang sudah menerapkan QRIS mengalami masalah karena jika salah satu tahapan transaksi terganggu, maka proses pembayaran tidak bisa diselesaikan.
Baca Juga: Gratiskan Biaya Transaksi bagi Merchant, GoPay Dorong Perluasan Adopsi QRIS "Itulah yang menjadi kendala penggunaan QRIS. Koneksi internet yang tidak stabil meningkatkan biaya operasional," ungkapnya. Oleh karena itu, Rio menyatakan bahwa ada pembahasan terkait kemungkinan penggunaan QRIS secara offline. Namun, hal ini masih sebatas wacana karena memerlukan komitmen dari berbagai pihak. Selain itu, ia juga menyoroti perlunya kerjasama dengan bank, selain dengan agregator, sebagai tantangan lain. "Dengan agregator mungkin lebih mudah, tapi ketika harus melakukan perjanjian dengan bank, di situ muncul masalah. Saya meminta Bank Indonesia untuk mengatur regulasi mengenai kontrak kerja sama antara bank dengan vendor maupun operator parkir," lanjut Rio.
Baca Juga: Transaksi QRIS Antar Negara Meningkat Walau Ada Sejumlah Kendala Indra, Direktur Utama PT Trans Digital Cemerlang (TDC), yang merupakan salah satu agregator, juga mengakui pentingnya kestabilan koneksi internet dalam pengembangan QRIS, khususnya di sektor UMKM. Namun, ia menambahkan bahwa kemudahan penggunaan aplikasi juga menjadi faktor penting. "Jika internetnya sudah stabil, tetapi aplikasinya sulit digunakan atau berbayar saat diunduh, pengguna potensial akan ragu. Karena itu, kami meluncurkan aplikasi Posku Lite yang mudah diunduh, gratis, dan simpel untuk digunakan," kata Indra. Indra juga menjelaskan bahwa fitur yang mudah digunakan menjadi daya tarik utama aplikasi, seperti fitur "Kasirku" di Posku Lite yang memudahkan pengguna menerima pembayaran secara fleksibel, baik secara tunai, QRIS, maupun transfer bank.
Baca Juga: Gubernur BI ke Jokowi: Transaksi di Pasar Gede atau Klewer Sudah Bisa Pakai QRIS Selain itu, aplikasi ini menyediakan data transaksi harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan, sehingga membantu merchant dalam mengelola keuangan. "Kami juga sedang mengembangkan
Payment Point Online Bank (PPOB), yang memungkinkan pembayaran online untuk berbagai layanan seperti PLN, BPJS, PDAM, pulsa, dan lainnya," tambah Indra. Indra menekankan bahwa aplikasi Posku Lite sangat aman, dengan sertifikasi ISO27001 tentang Sistem Keamanan Informasi dan ISO 9001:2015 tentang Manajemen Mutu. "Keamanan adalah hal yang sensitif bagi pedagang. Saya yakin aplikasi kami aman, setara dengan menaruh uang di deposito bank nasional," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto