Konflik Afganistan hingga data ekonomi global bikin sejumlah bursa Asia melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas indeks saham di regional Asia, Senin (16/8), ditutup beragam (mixed) dengan kecenderungan turun. Indeks Nikkei 225 ditutup melemah 1,62%. Indeks Hang Seng ditutup melemah 0,80%, dan Indeks Strait Times melemah 0,56%.

Tidak ketinggalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,84% poin ke level 6.087,913 pada perdagangan Senin (16/8).  Namun, Indeks Shanghai Composite berhasil menguat 0,03%.

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, koreksi yang menimpa sejumlah Bursa Asia terjadi di tengah kekhawatiran atas lonjakan kasus penularan varian Delta Covid-19 di kawasan Asia. Serta ketidakpastian mengenai dampak jangka panjang dari runtuhnya pemerintahan di Afghanistan.


Asia masih menjadi pusat (episentrum) penularan virus Covid-19 dengan Vietnam, Filipina dan Thailand melaporkan lonjakan jumlah kasus pada akhir pekan lalu. Di Australia, kebijakan pembatasan yang lebih ketat diberlakukan di Sydney, setelah kebijakan stay at home yang sudah berjalan selama 7 pekan gagal menghentikan penyebaran pandemi.

Baca Juga: Net buy asing Rp 555 miliar, IHSG ditutup melemah 0,84% ke 6.078 pada hari ini (16/8)

Pemerintah Jepang  juga bersiap memperpanjang status gawat darurat (state of emergency) di sejumlah kawasan, termasuk Tokyo hingga pertengahan bulan September.

Dari sisi makroekonomi, investor juga kecewa setelah data ekonomi China  di bulan Juli memperlihatkan laju pertumbuhan yanag lebih lambat dari ekspektasi. Penjualan ritel tumbuh 8,5% year-on-year (YoY), lebih rendah dari estimasi pertumbuhan 11,5%.

Penjualan yang berhubungan dengan otomotif, komponen terbesar dalam penjualan ritel berdasarkan nilai (value) menjadi satu-satunya kategori yang mencatatkan pertumbuhan negatif di bulan Juli (-1.8% YoY).

Data industrial production tumbuh 6,4% YoY, juga keluar di bawah ekspektasi pertumbuhan 7,8%. Fixed asset investment untuk tahun berjalan atau tujuh bulan pertama 2021 tumbuh 10,3% YoY, lebih lambat dari ekspektasi pertumbuhan sebesar 11.3%

Melihat pudarnya momentum pertumbuhan ekonomi, Bank Sentral China (PBOC) memutuskan mempertahankan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (medium term lending) senilai 600 miliar Yuan (US$ 92,6 miliar) di level 2,95%.

Investor juga mencerna rilis perhitungan awal (preliminary) data pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal II-2021 Jepang yang rebound lebih cepat dari ekspektasi, dengan tumbuh 1,3% YoY, setelah terpuruk -3,7% YoY di kuartal I-2021. Konsumsi secara tak terduga tumbuh 0,8% secara quarter-on-quarter (QoQ), menyusul kontraksi 1,0% pada kuartal sebelumnya. Belanja modal (capital expenditure) juga tumbuh 1,7% QoQ, setelah menyusut 1,3% QoQ,  di kuartal I-2021.

Namun, para pengamat memprediksi laju pertumbuhan tidak akan terlalu tinggi di kuartal III-2021, seiring pemberlakuan kembali situasi gawat darurat yang tentunya akan memberi tekanan pada belanja rumah tangga.

Selanjutnya: IHSG ditutup melemah ke 6.087 pada perdagangan Senin (16/8), asing koleksi BUKA, BBCA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat