KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik di lahan perkebunan kelapa sawit masih meningkat dan perlu diselesaikan segera. Berdasarkan hasil penelitian dari Daemeter Consulting dan Lingkar Pembaruan Desa Agraria (KARSA), konflik ini terjadi karena penerbitan izin lahan kelapa sawit oleh pemerintah sebelumnya kerap tumpang tindih. Godwin Limberg peneliti Daemeter Consulting mengatakan konflik sosial yang terjadi akibat sengketa lahan sawit ini menelah biaya sekitar US$ 70.000 hingga US$ 2,5 juta. Tangible cost tersebut mewakili 51% hingga 88% dari biaya operasional dan 102% hingga 177% dari biaya investasi per hektare per tahun. “Jika dihitung per tahun, untuk satu kejadian konflik, tangible cost berkisar antara US$ 500 hingga US$ 15,000 per hektar per konflik,” ujarnya, Jumat (23/3). Ia melanjutkan, biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sawit meningkat signifikan akibat konflik ini. Kondisi tersebut tentu saja tidak baik bagi peningkatkan produksi dan pendapatan perusahaan. Bahkan menurutnya, bila tidak segera diatasi, biaya untuk mengatasi konflik ini bisa lebih tinggi lagi. Sebab berdasarkan hasil penelitian Daemeter Consulting sekitar 57% perusahaan sawit mengalami konflik dengan masyarakat sekitar sejak dari awal pembuakan lahan hingga produksi.
Konflik di lahan sawit telan biaya hingga US$ 2,5 juta
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik di lahan perkebunan kelapa sawit masih meningkat dan perlu diselesaikan segera. Berdasarkan hasil penelitian dari Daemeter Consulting dan Lingkar Pembaruan Desa Agraria (KARSA), konflik ini terjadi karena penerbitan izin lahan kelapa sawit oleh pemerintah sebelumnya kerap tumpang tindih. Godwin Limberg peneliti Daemeter Consulting mengatakan konflik sosial yang terjadi akibat sengketa lahan sawit ini menelah biaya sekitar US$ 70.000 hingga US$ 2,5 juta. Tangible cost tersebut mewakili 51% hingga 88% dari biaya operasional dan 102% hingga 177% dari biaya investasi per hektare per tahun. “Jika dihitung per tahun, untuk satu kejadian konflik, tangible cost berkisar antara US$ 500 hingga US$ 15,000 per hektar per konflik,” ujarnya, Jumat (23/3). Ia melanjutkan, biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sawit meningkat signifikan akibat konflik ini. Kondisi tersebut tentu saja tidak baik bagi peningkatkan produksi dan pendapatan perusahaan. Bahkan menurutnya, bila tidak segera diatasi, biaya untuk mengatasi konflik ini bisa lebih tinggi lagi. Sebab berdasarkan hasil penelitian Daemeter Consulting sekitar 57% perusahaan sawit mengalami konflik dengan masyarakat sekitar sejak dari awal pembuakan lahan hingga produksi.