NEW YORK. Minyak diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak September 2008 di New York. Konflik yang memanas di Libia dan meluasnya kerusuhan di Timur Tengah memicu kekhawatiran pasokan minyak akan semakin terganggu.Semalam, minyak WTI untuk pengiriman Mei di New York Mercantile Exchange naik 0,7% ke level US$ 105,75 per barel di New York. Ini posisi tertingginya sejak 26 September 2008. Sementara, di pasar Asia, kontrak yang sama turun 21 sen ke US$ 105,54 per barel pukul 09.19 waktu Sydney. Reli minyak semalam terjadi karena penyerangan oleh pasukan Sekutu terhadap pasukan pemimpin Libia Muammar Kaddafi. Sementara itu, kubu pemberontak bentrok dengan pasukan pemerintah di Suriah. Juru bicara oposisi Abdulhafid Ghoga mengatakan, penyerangan kemarin telah menewaskan 16 orang di Misrata, dan enam orang di kota pesisir dekat Zentan. Amnesty International menyebut, di Suriah, pasukan pemerintah memaksa warga untuk tidak keluar rumah setelah tujuh orang tewas dalam protes anti pemerintah baru. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendapat dukungan dari parlemen untuk memberlakukan keadaan darurat.Di sisi lain, Departemen Energi Amerika Serikat (AS) melaporkan cadangan minyak mentahnya naik 2,13 juta barel menjadi 352,8 juta barel per pekan yang berakhir 18 Maret. Adapun, stok bensin turun 5,32 juta barel menjadi 219,7 juta barel. Ini tingkat terendah sejak Desember lalu.Kepala analis dari Adam Mesh Trading Group Todd Horwitz menyebut, harga minyak bergerak naik karena kekhawatiran utama atas konflik. "Persediaan minyak terus bertambah, tapi tak ada yang peduli karena mereka takut terhadap konflik yang terjadi di Timur Tengah. Fundamental tidak penting saat ini," ujarnya.Sementara, Credit Suisse Group AG telah menaikkan proyeksi harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di Nymex sebesar 10% menjadi US$ 93,80 per barel untuk tahun ini. Kenaikan estimasi ini seiring lebih tingginya permintaan, dan terganggunya pasokan dari Timur Tengah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Konflik di Libia memanas, minyak mendekati level tertinggi sejak September 2008
NEW YORK. Minyak diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak September 2008 di New York. Konflik yang memanas di Libia dan meluasnya kerusuhan di Timur Tengah memicu kekhawatiran pasokan minyak akan semakin terganggu.Semalam, minyak WTI untuk pengiriman Mei di New York Mercantile Exchange naik 0,7% ke level US$ 105,75 per barel di New York. Ini posisi tertingginya sejak 26 September 2008. Sementara, di pasar Asia, kontrak yang sama turun 21 sen ke US$ 105,54 per barel pukul 09.19 waktu Sydney. Reli minyak semalam terjadi karena penyerangan oleh pasukan Sekutu terhadap pasukan pemimpin Libia Muammar Kaddafi. Sementara itu, kubu pemberontak bentrok dengan pasukan pemerintah di Suriah. Juru bicara oposisi Abdulhafid Ghoga mengatakan, penyerangan kemarin telah menewaskan 16 orang di Misrata, dan enam orang di kota pesisir dekat Zentan. Amnesty International menyebut, di Suriah, pasukan pemerintah memaksa warga untuk tidak keluar rumah setelah tujuh orang tewas dalam protes anti pemerintah baru. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendapat dukungan dari parlemen untuk memberlakukan keadaan darurat.Di sisi lain, Departemen Energi Amerika Serikat (AS) melaporkan cadangan minyak mentahnya naik 2,13 juta barel menjadi 352,8 juta barel per pekan yang berakhir 18 Maret. Adapun, stok bensin turun 5,32 juta barel menjadi 219,7 juta barel. Ini tingkat terendah sejak Desember lalu.Kepala analis dari Adam Mesh Trading Group Todd Horwitz menyebut, harga minyak bergerak naik karena kekhawatiran utama atas konflik. "Persediaan minyak terus bertambah, tapi tak ada yang peduli karena mereka takut terhadap konflik yang terjadi di Timur Tengah. Fundamental tidak penting saat ini," ujarnya.Sementara, Credit Suisse Group AG telah menaikkan proyeksi harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di Nymex sebesar 10% menjadi US$ 93,80 per barel untuk tahun ini. Kenaikan estimasi ini seiring lebih tingginya permintaan, dan terganggunya pasokan dari Timur Tengah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News