Konflik di Libya memanas, bursa Asia terkapar



TOKYO. Konflik di Libya menyeret pasar saham Asia, hari ini. Kekerasan yang terjadi di kawasan itu menyurutkan optimisme pemulihan ekonomi global. Sentimen pasar Asia kian tertekan, setelah tingkat perekonomian Jepang lebih rendah dari perkiraan pasar.Sentimen tersebut menyeret indeks acuan regional ke level terendah dalam sepekan. Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,8% ke 137,32 pada pukul 10.16 am di Tokyo. Sekitar lima saham turun melawan setiap kenaikan satu saham.Indeks Nikkei 225 melemah 0,5% persen. Kejatuhan indeks acuan bursa Jepang ini terpicu penurunan angka produk domestik bruto Jepang sebesar 1,3% pada kuartal keempat lalu. Padahal, ekonom memprediksi akan terjadi kontraksi 1,2%. Sementara, indeks Australia S&P/ASX 200 anjlok 0,9%, dan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,4%. Adapun, indeks bursa New Zealand’s NZX 50 jatuh 0,2% setelah bank sentralnya menurunkan suku bunga acuan, dan berjanji menjaga biaya pinjaman lebih rendah untuk membantu pemulihan ekonomi pasca gempa.Kemarin, pasukan pro pemimpin Libya Muammar Qaddafi melakukan serangan udara dan artileri terhadap fasilitas minyak. Hal itu terjadi setelah Qaddafi menawarkan hadiah sebesar 500.000 dinar atau setara US$ 407.000 bagi yang bisa menangkap pimpinan dewan pemberontak.Mitsushige Akino dari Ichiyoshi Investment Management Co. menyebut, saat ini kondisi di Libya kacau. Ada kekhawatiran hal yang sama bisa menyebar ke negara-negara lain di sekitar Libya. "Sulit untuk mengetahui seberapa tinggi lagi harga minyak bakal bergerak, dan seberapa besar hal itu akan membahayakan perekonomian. Sentimen itu menghalangi investor untuk menginvestasikan dana baru ke pasar saham," ujarnya.Saham yang menyeret indeks bursa Asia di antaranya, Chiyoda Corp. Saham kontraktor Jepang yang hampir separuh pendapatannya dari Timur Tengah ini turun 2,9% di Tokyo. Saham produsen mobil terbesar dunia, Toyota Motor Corp tergelincir 1,4% di Tokyo. Selain itu, saham perusahaan tambang terbesar di Australia, BHP Billiton Ltd, terjungkal 1,4% di Sydney, setelah harga tembaga jatuh karena berkurangnya permintaan akibat biaya energi yang lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini