Konflik geopolitik melambungkan dollar



JAKARTA. Pergerakan kurs rupiah pekan ini cenderung melemah karena tekanan sentimen eksternal. Namun pekan depan, analis menilai, rupiah masih berpeluang rebound dengan dukungan data ekonomi domestik.

Akhir pekan lalu, Jumat (11/8), nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 0,21% dalam sehari dan 0,34% dalam sepekan menjadi Rp 13.359 per dollar AS. Sedangkan kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) merosot 0,23% dalam sehari dan 0,34% dalam sepekan menjadi Rp 13.370 per dollar AS.

Research & Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menyebut, rilis data ekonomi AS pada pekan ini, seperti indeks harga produsen dan klaim pengangguran, sejatinya cukup mengecewakan. Kondisi ini membuat dollar tertekan.


Tapi, gejolak geopolitik Korea Utara dan AS membuat kurs dollar akhirnya menguat. "Masalah ini membuat pasar lari ke safe haven. Dollar AS menjadi salah satu mata uang safe haven selain yen Jepang," ujar Putu.

Pekan depan, Putu memprediksi rupiah bergerak sideways di kisaran Rp 13.300Rp 13.410. "Data inflasi AS juga cukup penting, dan di Kamis (17/8) ada rilis notulensi rapat FOMC. Kedua sentimen ini dapat memberikan sinyal terkait kenaikan suku bunga acuan AS," imbuh dia.

Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang Bank Mandiri, melihat, hingga pekan depan, pergerakan kurs dollar masih dibalut sentimen positif. Namun rupiah masih bisa rebound. Rilis data neraca perdagangan Indonesia Selasa (15/8) dapat menjadi katalis tambahan bagi rupiah. Rully memprediksi rupiah menguat di Rp 13.285-Rp 13.375.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini