Konflik geopolitik poles harga emas



JAKARTA. Kondisi geopolitik dunia yang memanas mendorong harga emas ke posisi tertinggi dalam lima bulan terakhir. Dukungan peningkatan permintaan emas sebagai safe haven dan pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) turut membantu keperkasaan si kuning menyala.

Mengutip Bloomberg, Kamis (13/4), harga emas kontrak pengiriman Juni 2017 di Commodity Exchange terkerek 0,81% jadi US$ 1.288,5 per ons troi dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan, harganya menanjak 2,5%.

Analis PT Global Kapital Investama Berjangka Alwi Assegaf menjelaskan, konflik di Timur Tengah yang mendidih pasca serangan gas beracun di Suriah memanaskan harga emas. Dan, langkah AS menggempur pangkalan udara Suriah menambah kecemasan pasar. Terlebih, hubungan AS dengan Rusia kembali memburuk.


Tidak berhenti sampai di situ. Negeri Uwak Sam kini terlibat perang dingin dengan Korea Utara (Korut). Pemerintah AS mengirim kapal perang ke Semenanjung Korea sebagai respons ujicoba nuklir yang digelar Korut. "Akibatnya, investor mengalihkan dananya ke aset aman seperti emas dan yen," kata Alwi.

Analis PT Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu yang tak sesuai ekspektasi turut membuat kilau emas kian terang. Sebab, data nonfarm payroll (NFP) Maret hanya bertambah 98.000 orang, lebih rendah dari ekspektasi 180.000 orang.

Pidato Presiden AS Donald Trump yang mengkritisi penguatan USD ikut menjadi katalis positif bagi pamor emas. Selain itu, pasar juga menilai bank sentral AS, The Fed, belum terlalu agresif dalam mengambil kebijakan suku bunga. Pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen dirasa kurang hawkish.

Peluang koreksi

Tapi, peluang emas untuk koreksi tetap terbuka. Salah satunya, dari rencana China yang sedang berusaha mendinginkan konflik di Semenanjung Korea. Jika negeri tembok raksasa berhasil meredam suasana, harga emas bisa terkikis. "Dalam jangka pendek, ada kemungkinan emas koreksi," prediksi Alwi.

Dari sisi teknikal, Wahyu melihat harga emas bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif 12,285. Stochastic overbought di level 97 namun masih berpeluang naik. Sementara relative strength index (RSI) menguat menuju level 74,05.

Senin (17/4), Wahyu memprediksikan, emas menguat dan bergerak di kisaran US$ 1.270-US$ 1.305 per ons troi. Sedangkan Alwi memperkirakan, dalam sepekan emas berada di rentang US$ 1.257-US$ 1.300 per ons troi.

Mengutip Reuters, emas mencapai tertinggi lima bulan pada hari ini karena dollar melemah dengan investor berlindung di aset safe haven di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik atas Korea Utara.

Spot emas naik 0,5 % pada US$ 1.291 per ons troi pada 02.39 GMT, setelah mencapai level tertinggi sejak awal November di US$ 1.295,42. Pekan lalu, logam naik 2,5 % pada kenaikan mingguan terbesar sejak Juni tahun lalu. Emas berjangka naik 0,4 % pada US$ 1.293,30 pada hari Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto