Konflik Golkar berpotensi lahirkan partai baru



JAKARTA. Pengamat politik dari Centre for Strategic International Studies (CSIS) J Kristiadi menilai, konflik di internal Partai Golkar berpotensi melahirkan partai baru. Melihat yang terjadi pada masa sebelumnya, kata Kristiadi, dinamika Golkar akan diikuti keluarnya sejumlah tokoh dan mendirikan partai baru. Ia menyebut, kelahiran Partai Gerindra, Partai Hanura, dan Partai Nasdem sangat dipengaruhi oleh ketidakpuasan tokoh Golkar pada kepemimpinan partai saat itu. 

"Perpecahan yang kemarin-kemarin karena kepemimpinan dianggap tidak bisa merawat kebesaran Golkar. Sekarang terjadi lagi, malah semakin dramatis," kata Kristiadi, saat dihubungi, Jumat (28/11) pagi. 

Menurut Kristiadi, apa yang terjadi di Golkar saat ini sudah mulai terlihat gejalanya dalam dua atau tiga tahun terakhir. Ada ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Golkar di bawa Aburizal Bakrie yang dinilai tak berprestasi. 


"Benang merahnya sudah terjadi sejak lama," ujarnya.

Oleh karena itu, Kristiadi menyarankan sebaiknya Musyawarah Nasional IX Partai Golkar digelar pada Januari 2015, sesuai keputusan Munas VIII tahun 2009. Penyelenggaraan Munas pada 2015 juga dinilainya dapat meredam konflik sekaligus menjaga soliditas Partai Golkar dalam menghadapi tantangan politik nasional yang semakin berat. 

"Sudahlah, lebih baik ikuti aturan menggelar Munas sesuai dengan keputusan Munas sebelumnya," kata Kristiadi.

Seperti diberitakan sebelumnya, internal Golkar terbelah karena perbedaan pendapat penyelenggaraan Munas. Aburizal Bakrie dan pendukungnya berencana menggelar Munas IX mulai 30 November 2014 di Bali dengan alasan banyaknya aspirasi untuk mempercepat Munas. 

Keputusan Aburizal itu mendapat penolakan keras dari internal Golkar. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono membentuk Presidium Penyelamat Partai Golkar yang ia pimpin sendiri dan beranggotakan tokoh Golkar dari lintas generasi. Agung menyatakan, Munas IX Partai Golkar digelar di Jakarta pada Januari 2015. (Indra Akuntono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia