KONTAN.CO.ID - Eskalasi konflik antara Hizbullah dan Israel jelas membuat pemerintah pusat Lebanon khawatir. Baru-baru ini pun serangan Israel telah sampai ke ibu kota Beirut. Melihat situasi itu, pemerintah Lebanon secara terbuka meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk menenangkan keadaan. Militer Israel melancarkan serangan udara di Beirut pada hari Selasa (24/9) dan menewaskan Ibrahim Qubaisi, seorang komandan pasukan rudal dan roket Hizbullah.
Di saat yang sama, kedua pihak juga masih melakukan jual-beli serangan di wilayah perbatasan. Situasi ini praktis meningkatkan kekhawatiran akan perang besar-besaran di Timur Tengah. Baca Juga: Jerman Cabut Izin Ekspor Senjata ke Israel untuk Sementara Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, melaporkan bahwa serangan Israel sejak Senin pagi telah menewaskan 569 orang, termasuk 50 anak-anak, dan melukai 1.835 orang. Ribuan orang juga terpaksa menjadi pengungsi dan melarikan diri dari Lebanon selatan. Mereka umumnya berlindung di gedung-gedung sekolah, yang kemungkinan akan jadi target serangan Israel berikutnya. Sejak perang Gaza dimulai pada bulan Oktober, Israel telah mengintensifkan serangan udara yang menargetkan Hizbullah, terutama sejak kelompok yang didukung Iran itu berjanji untuk melindungi Palestina. Baca Juga: AS Kirim Pasukan Tambahan ke Timur Tengah Menyusul Konflik Israel-Lebanon