KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan konflik antara Iran vs Israel akan menyebabkan harga minyak mentah Indonesia atau
Indonesia Crude Price (ICP) melonjak tajam. Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyampaikan, dalam jangka pendek pasca adanya serangan Iran ke Israel dengan mengirimkan 300 rudal, harga minyak mentah dunia diperkirakan melonjak di jadi US$ 100 barel. Sementara itu, dalam asumsi ekonomi makro APBN 2024 pemerintah mematok ICP sebesar
US$ 82 per barel. Baca Juga: Konflik Iran-Israel Menghangat, Simak Saham-Saham Sektor Energi Jagoan Analis “(Dampak serangan Iran ke Israel) kemungkinan harga minyak global naik jadi US$ 100 per barrel,” tutur Tutuka dalam agenda Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4). Adapun, ia juga meninjau sejak Februari hingga April, ICP memang cenderung mengalami kenaikan sekitar US$ 5 per bulan. Kenaikan ICP ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi Indonesia, karena akan berdampak pada melonjaknya subsidi energi. Meski begitu, Tutuka menyebut pihaknya masih terus meninjau apakah konflik ini akan cenderung berkelanjutan atau tidak, dengan menunggu reaksi Israel dan Amerika sebagai negara pendukung Israel atas serangan tersebut.
Baca Juga: Usai Lebaran, Harga CPO Masih Berpotensi Menurun “Tentunya ini dampak jangka pendek kita memerlukan kehati-hatian karena prediksi yang lebih panjang akan kurang akurat. Kita lihat dulu respons saat ini, kita tunggu dulu baru lihat ke depan,” ungkapnya. Ia menambahkan, setidaknya dalam jangka pendek ada beberapa hal yang akan pemerintah perhatikan.
Pertama, konflik tersebut akan bergantung dari reaksi investor produsen dan konsumen dalam melakukan
assessment terhadap risiko ke depan. Misalnya potensi respons Israel yang akan mempengaruhi persepsi kemungkinan terjadinya eskalasi pasar.
Kedua, harga minyak ke depan akan mengandung geopolitik. Baca Juga: Harga CPO Melandai Usai Lebaran, Intip Prospeknya ke Depan Ketiga, anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak di dunia, diperkirakan akan meredam kenaikan harga minyak ke depan agar lebih seimbang. "Tentunya ini dampak jangka pendek kita memerlukan kehati-hatian karena prediksi yang lebih panjang akan kurang akurat," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli