KONTAN.CO.ID - BEIRUT/JERUSALEM. Konflik bersenjata antara Israel dan kelompok bersenjata Hezbollah yang didukung Iran terus memanas, dengan serangan udara Israel ke Beirut menewaskan lima orang pada Senin (18 November 2024), menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Ini merupakan serangan kedua dalam dua hari berturut-turut yang menyasar ibu kota Lebanon.
Serangan di Zuqaq al-Blat dan Eskalasi Konflik
Serangan udara terbaru di kawasan padat penduduk Zuqaq al-Blat, dekat distrik pusat Beirut tempat kantor pemerintahan Lebanon berada, menyebabkan dua orang hilang dan melukai 31 lainnya. Eskalasi ini menambah intensitas kampanye militer Israel melawan Hezbollah di wilayah Lebanon, yang juga disertai serangan roket Hezbollah ke Israel.
Baca Juga: Menteri Israel Ron Dermer Diam-diam Menggelar Pertemuan dengan Menlu Uni Emirat Arab Upaya diplomasi yang dipimpin AS untuk menghentikan konflik terus berlanjut. Seorang pejabat Lebanon menyatakan bahwa Lebanon dan Hezbollah telah menyetujui proposal gencatan senjata AS dan memberikan tanggapan tertulis. Namun, masih ada detail yang perlu dirundingkan lebih lanjut sebelum kesepakatan final tercapai. Utusan AS, Amos Hochstein, dijadwalkan tiba di Beirut untuk mendorong pembahasan ini. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menjadi dasar gencatan senjata perang Israel-Hezbollah tahun 2006, disebut sebagai acuan utama dalam pembicaraan. Resolusi ini mengharuskan Hezbollah memindahkan senjata dan pejuangnya ke utara Sungai Litani.
Dampak Militer dan Kemanusiaan
Israel mengklaim kampanyenya bertujuan untuk membongkar kemampuan Hezbollah dan memulangkan puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dari wilayah utara. Namun, dampaknya di Lebanon sangat besar, dengan lebih dari 1 juta orang mengungsi dalam delapan minggu terakhir. Menurut otoritas Lebanon, konflik ini telah menewaskan 3.481 orang di Lebanon sejak dimulai pada akhir September, sementara data Israel menunjukkan 43 warga sipil dan 73 tentara Israel tewas akibat serangan Hezbollah dan pertempuran di Lebanon selatan.
Baca Juga: Paus Fransiskus Minta Penyelidikan atas Genosida di Gaza Segera Dilakukan Keberhasilan diplomasi bergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk mematuhi ketentuan resolusi PBB. Meski terdapat optimisme hati-hati, masih ada risiko besar bahwa konflik dapat berlanjut jika tidak ada solusi yang disepakati. Konflik ini tidak hanya berdampak pada stabilitas regional, tetapi juga menyoroti perlunya solusi diplomatik yang lebih permanen untuk mengatasi akar penyebab permusuhan di kawasan tersebut.
Editor: Handoyo .