KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik Laut Merah bakal menyengat prospek emiten pelayaran. Pasalnya, Laut Merah terhubung dengan Terusan Suez yang menjadi jalur penting dalam perdagangan global. Merespons pertikaian ini, beberapa saham emiten pelayaran ikut melonjak dalam beberapa hari terakhir. Hingga akhir perdagangan Jumat (22/12), hanya ada dua saham yang menguat. Keduanya adalah PT Logindo Sumadramakmur Tbk (
LEAD) yang melonjak 5,56% dari penutupan sebelumnya ke level Rp 57 per saham. Menyusul saham PT Habco Trans Martima Tbk (
HATM) yang naik 0,74% ke Rp 274 per saham.
Mino, Retail Research Team Leader CGS-CIMB Sekuritas Indonesia mengatakan penguatan pada saham emiten pelayaran beberapa hari ini berasal tidak lepas dari gangguan di Laut Merah.
Baca Juga: Dipimpin AS, Lebih Dari 20 Negara Bergabung dalam Koalisi Pelindung Laut Merah Gangguan pelayaran ini akan berdampak pada kemacetan transportasi laut. Beberapa kapal kargo bahkan terpaksa untuk mengubah perjalanan ke Tajung Harapan di Afrika Selatan. "Ini membuat biasa menjadi lebih besar. Ini menjadi sentimen positif bagi emiten pelayaran kalau
freight rate meningkat," kata Mino, Jumat (22/12). Mino bilang katalis ini bisa membantu emiten pelayaran untuk memperbaiki kinerja sehingga euforia pelaku pasar tercermin dari pergerakan harga sahamnya. Pasalnya, tarif alias
freight rate kapal kargo telah mengalami normalisasi. Ini sejalan dengan terkendalinya pengendalian Covid-19 sehingga pelayaran kembali normal.
Baca Juga: Pemimpin Houthi Ancam akan Serang Kapal Perang AS jika Washington Targetkan Yaman Investment Analyst Stockbit Sekuritas Hendriko Gani menilai konflik Laut Merah ini hanya menjadi sentimen jangka pendek terhadap pergerakan harga saham emiten-emiten pelayaran. Menurutnya, selama indeks Baltic Dry Index (BDI) tidak meningkat, maka tidak akan berdampak pada kinerja emiten kapal kargo. Bahkan bagi kapal tanker disrupsi ini tidak berdampak sama sekali. "Untuk emiten pelayaran tanker, disprusi pelayaran di Laut Merah tidak berdampak karena mayoritas hanya berlayar di perairan lokal," tulis Hendriko dalam riset, Kamis (21/12). Dia menilai jika konflik di Laut Merah berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, bisa mendorong kenaikan utilisasi dan freight rate kapal kargo secara global.
Baca Juga: Bisnis Emiten Pelayaran Tersengat Kenaikan Produksi Batubara Rekomendasi Investasi
Namun jika ditelisik beberapa emiten pelayaran mencatatkan penurunan kinerja. Ambil contoh, PT Samudera Indonesia Tbk (
SDMR) mencetak pendapatan US$ 575,41 juta per kuartal III-2023. Raihan turun secara 32,61% tahunan atau
year on year (YoY) dari US$ 853,83 juta. Sejalan dengan itu, laba bersih SMDR juga anjlok 62,90% secara tahunan dari US$ 171,53 juta menjadi US$ 63,62 juta.
Mino mengatakan secara fundamental emiten pelayaran masih belum cemerlang. Memang disrupsi ini berpotensi mendorong tarif dan berimbas pada fundamental emiten. Namun ada upaya dari Amerika Serikat (AS) bersama 11 negara lainnya untuk mengondusifkan jalur perdagangan di laut merah. Mino bilang kalau rencana AS berjalan mulus makan konflik bakal meredam. "Hal ini juga akan berdampak pada tarif sewa yang kembali melandai. Secara umum untuk menyikapi lonjakan saham pelayaran investor bisa
sell on stregth," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati