KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan rupiah yang kembali dibuka esok diproyeksi tak akan cerah. Selain merespons kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan pertemuan FOMC yang hawkish pekan lalu, mata uang Garuda tampaknya juga akan terimbas sentimen perang dagang yang kembali mencuat. Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, menilai, tensi perang dagang antara AS dan China yang semakin tinggi berpotensi memberi dampak pada harga komoditas. "Sejak perang dagang mencuat, harga komoditas seperti nikel, tembaga, dan timah cenderung menurun. Sementara, itu merupakan komoditas andalan Indonesia," ujarnya, Selasa (19/6). Sentimen ketidakpastian global yang ditimbulkan dari isu perang dagang, tambah Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, juga berpotensi menyedot kembali dana asing keluar dari pasar dalam negeri. Nilai tukar rupiah pun bisa jadi kian terbenam di tengah penguatan dollar AS.
Konflik perang dagang menambah beban pelemahan rupiah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan rupiah yang kembali dibuka esok diproyeksi tak akan cerah. Selain merespons kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan pertemuan FOMC yang hawkish pekan lalu, mata uang Garuda tampaknya juga akan terimbas sentimen perang dagang yang kembali mencuat. Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto, menilai, tensi perang dagang antara AS dan China yang semakin tinggi berpotensi memberi dampak pada harga komoditas. "Sejak perang dagang mencuat, harga komoditas seperti nikel, tembaga, dan timah cenderung menurun. Sementara, itu merupakan komoditas andalan Indonesia," ujarnya, Selasa (19/6). Sentimen ketidakpastian global yang ditimbulkan dari isu perang dagang, tambah Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih, juga berpotensi menyedot kembali dana asing keluar dari pasar dalam negeri. Nilai tukar rupiah pun bisa jadi kian terbenam di tengah penguatan dollar AS.