KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konflik Rusia dan Barat akibat invasi Rusia ke Ukraina turut berdampak ke pasar surat utang negara (SUN). Hal ini terlihat pada penawaran masuk dan serapan pada lelang SUN serta pergerakan harga SUN acuan di pasar sekunder. Penawaran masuk pada lelang surat utang negara pada 15 Februari 2022 mencapai Rp 76,77 miliar. Dari total penawaran masuk, pemerintah menyerap Rp 23 triliun. Sedangkan pada lelang SUN 1 Maret, pemerintah mencatat penawaran masuk Rp 61,52 triliun. Dari penawaran masuk tersebut, pemerintah hanya menyerap Rp 19 triliun.
Harga SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0091 mencapai level terendah sejak diterbitkan pada Juli 2021 ke 98,95 pada Selasa (8/3). Alhasil,
yield SUN acuan ini mencapai level tertinggi pada 6,796% meski dalam dua hari perdagangan terakhir harga SUN naik dan
yield menurun.
Baca Juga: Imbalan Bunga Obligasi bagi Peserta Tax Amnesty Head of Fixed Income Trimegah Asset Darma Yudha menilai ada dua hal yang menyebabkan pelemahan obligasi negara. Pertama terjadinya inflasi di seluruh dunia dan kedua adalah konflik Ukraina-Rusia yang menyebabkan harga komoditi naik. "Di tengah konflik ini, akan ada
flight to safety ke aset
safe haven seperti ke dolar AS dan emas," ujar Darma. Dia menambahkan, inflasi menimbulkan ancaman yang serius. Walaupun inflasi secara riil belum terlalu kelihatan di Indonesia tetapi indikatornya sudah mulai terlihat seperti harga minyak goreng dan harga kedelai. Dia memperkirakan prospek obligasi pemerintah masih agak berat menjelang rencana kenaikan suku bunga The Fed. Tapi setelah ada kejelasan suku bunga dan penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina, obligasi pemerintah berpotensi membaik.
Baca Juga: Partisipasi Investor Asing Mini, Penawaran Masuk Lelang SUN Hanya Rp 61,52 Triliun Darma mengatakan,
yield SUN masih menarik karena saat ini berada di sekitar 6,8% jika dibandingkan dengan negara lain. Apalagi kita diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas.
"Mungkin di semester kedua bisa saja positif
inflow dari asing untuk masuk ke Indonesia yang akan mengapresiasi harga obligasi negara dan
yield SUN akan turun," ucap Darma. Darma menyarankan Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan suku bunga yang rendah untuk mempertahankan likuiditas di pasar. "BI harus berhati-hati, saya lihat kemungkinannya hanya sekali kenaikan suku bunga," tutur Darma. Dia menambahkan, salah satu cara pemerintah meraup dana adalah penjualan surat berharga negara (SBN) ritel yang dijadwalkan enam kali tahun ini. Pemerintah juga perlu sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat mengenai instrumen obligasi serta kemudahan bertransaksi melalui platform digital. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati