Konsep kerja awal Dahlan untuk Inalum



JAKARTA. Akhirnya, pengelolaan PT Indonesia Asahan Alumunium jatuh juga ke tangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini merupakan keputusan Komisi VI DPR RI yang digelar Selasa (22/10) malam. Sebelumnya, terdapat dua opsi mengenai siapa yang akan menjadi pengelola Inalum tersebut antara BUMN ataukah Menteri Perokonomian. Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara mengatakan, "Keputusan ini baru di buat sekarang dan menetapkan bahwa Inalum tetap berada di BUMN. Sampai kemarin kan wacananya masih di Keuangan," tuturnya usai menghadiri rapat kerja dengan komisi VI di DPR RI.Ke depannya, menurut Dahlan, perlu adanya perencanaan ke depan mengenai Inalum tersebut. Dahlan sendiri sudah menyiapkan bussiness plan yang akan dilakukan oleh BUMN terhadap Inalum.Pertama, mengalihkan semua kas perusahaan yang selama ini berada di Jepang sebesar Rp 2,5 triliun ke Indonesia dan diletakkan di Bank BUMN di Indonesia. "Banknya ya terserah perusahaan, kami tidak menentukan. Itu tanggal 1 November 2013 sudah harus pindah. Sebenernya kami sudah berjuang agar uang kas perusahaan itu mulai ditempatkan di Indonesia pada awal tahun, tapi pihak Jepang belum setuju karena mayoritas pemegang sahamnya berada di Jepang," jelasnya. Kedua, perihal masalah bahan baku. Menurut Dahlan, pihaknya meminta agar bahan baku jangan sampai dialihkan ke Indonesia seluruhnya. Dikhawatirkan, ke depannya Inalum akan mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Terkait hal itu, Dahlan meminta kepada pemerintah agar direksi memperpanjang kontrak pembelian bahan baku untuk dua tahun ke depan. Ketiga, terkait masalah pasar di mana selama ini pasar Inalum dikirim ke Jepang dengan jumlah yang besar. "Nah, kita nanti mau jual kemana? untuk itu kami meminta bantuan kepada pemerintah supaya dicari pembeli dalam negeri, sehingga saham 70% itu dapat diserap dan akhir tahun dapat menjadi 100% milik negara," imbuhnya. Dengan tahapan kerja yang sudah dirancang tersebut, Dahlan optimistis bahwa Inalum akan berjalan dengan lancar dan dapat memberi keuntungan bagi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie