Konsolidasi ATM, BNI tunggu instruksi pemerintah



JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) mendukung langkah pemerintah meningkatkan sinergi antarbank BUMN melalui konsolidasi mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Namun BNI menunggu kejelasan lebih jauh dari pemerintah soal teknis pelaksanaan rencana tersebut.

Menurut Tribuana Tunggadewi, Sekretaris Perusahaan BNI, para Direktur Utama Bank Bank BUMN sudah melakukan pertemuan dengan Menteri BUMN Rini Suwandi. Namun masalah yang dibahas adalah sinergi bisnis antar bank BUMN. "Saya tidak tahu apakah pembahasan sudah menyangkut konsolidasi mesin ATM atau belum," kata Tribuana saat dihubungi KONTAN, Minggu (19/4).

Tribuana menegaskan BNI masih menunggu kesepakatan teknis antara Kementerian BUMN dengan 4 bank BUMN yakni BNI, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Tabungan Negara (BTN). Setelah kesepakatan teknis itu ada, barulah bisa dilakukan penghitungan efek ke biaya transaksi dan sebagainya. "Saat ini masih sulit untuk diperkirakan dampaknya bagi tarif transaksi di ATM ataupun nasabah kami. Yang pasti kami berharap sinergi bank BUMN kelak bisa memberikan kemudahan lebih bagi nasabah," pungkas Tribuana.


Sebagaimana diketahui, Gatot Trihargo, Deputi Bidang Jasa Usaha Kementerian BUMN, menyatakan bahwa pemerintah bakal merampungkan skema detail konsolidasi ATM bank-bank milik pemerintah pada Juni 2015. Poin penting skema tersebut adalah kesepakatan pembagian beban biaya dan jaringan ATM.

Pemerintah berharap, konsolidasi ATM merupakan cikal bakal terwujudnya konsolidasi bank BUMN secara institusi. Alasan lain sinergi tersebut adalah, pemerintah ingin menyiapkan bank BUMN menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bidang keuangan yang berlaku di tahun 2020 mendatang.

Soalnya, hitungan Kementerian BUMN, 40% pasar keuangan MEA ada di Indonesia. Atas dasar itulah, pemerintah memaksa terwujudnya sinergi bank pelat merah. "Perbankan nasional terutama BUMN perlu untuk memperkuat backbone yaitu infrastruktur, juga sinergi bisnis," tegas Gatot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia