Dua puluh tahun sudah kita menjalani reformasi setelah melalui gelombang krisis moneter yang amat dahsyat di tahun 1997-1998. Ibarat bahtera, selama dua dekade itu pula Indonesia mengarungi samudera yang penuh gelombang. Banyak kemajuan sudah kita capai, namun masih ada pula berbagai masalah serius yang harus dibenahi. Salah satunya di industri perbankan. Sedikit kilas balik, akibat badai krisis moneter (krismon) Asia yang bertiup mulai tahun 1997, kurs rupiah pun anjlok, dana asing berebut keluar (capital outflow), politik bergejolak, dan ekonomi terpuruk. Perbankan pun terlilit masalah serius. Himpitan kredit valas yang begitu besar, kredit macet yang menggunung, ditambah rush money besar-besaran, membuat ratusan bank sakit parah. Selaku lender of the last resort, Bank Indonesia melakukan operasi penyelamatan. Sejumlah bank memperoleh suntikan BLBI dan obligasi rekapitalisasi ratusan triliun rupiah, yang kuponnya terus membeba- ni keuangan negara hingga bertahun-tahun kemudian. Namun sebagian bank terpaksa mati. Di tahun 2000, tersisa 151 bank dari sekitar 238 bank sebelum krisis.
Konsolidasi perbankan masih tercecer
Dua puluh tahun sudah kita menjalani reformasi setelah melalui gelombang krisis moneter yang amat dahsyat di tahun 1997-1998. Ibarat bahtera, selama dua dekade itu pula Indonesia mengarungi samudera yang penuh gelombang. Banyak kemajuan sudah kita capai, namun masih ada pula berbagai masalah serius yang harus dibenahi. Salah satunya di industri perbankan. Sedikit kilas balik, akibat badai krisis moneter (krismon) Asia yang bertiup mulai tahun 1997, kurs rupiah pun anjlok, dana asing berebut keluar (capital outflow), politik bergejolak, dan ekonomi terpuruk. Perbankan pun terlilit masalah serius. Himpitan kredit valas yang begitu besar, kredit macet yang menggunung, ditambah rush money besar-besaran, membuat ratusan bank sakit parah. Selaku lender of the last resort, Bank Indonesia melakukan operasi penyelamatan. Sejumlah bank memperoleh suntikan BLBI dan obligasi rekapitalisasi ratusan triliun rupiah, yang kuponnya terus membeba- ni keuangan negara hingga bertahun-tahun kemudian. Namun sebagian bank terpaksa mati. Di tahun 2000, tersisa 151 bank dari sekitar 238 bank sebelum krisis.