JAKARTA. Bosowa Corporation terpaksa harus gigit jari. Rencana pembangunan pembangkit listrik mereka di Jeneponto, Sulawesi Selatan sebesar 2x100 MW terpaksa ditunda karena kesulitan pendanaan. Padahal, pembangkit bertenaga batubara tersebut sedianya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen mereka di sana. Erwin Aksa Mahmud, Presiden Direktur Bosowa Corporation menjelaskan, saat ini pihaknya terus melobi China Development Bank untuk mau merealisasikan pinjamannya sebesar US$ 140 juta. Pasalnya tanpa pencairan pinjaman dari China, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sudah berkomitmen meminjamkan US$ 60 juta dari total kebutuhan US$ 200 juta untuk proyek tersebut juga tidak akan mencairkan pinjamannya. "Kami sedang finalkan pinjaman offshore-nya dari China Development Bank. Pinjaman itu diperlukan untuk pemesanan mesin dan konstruksi. Tetapi karena krisis, pinjaman itu tertunda. Sehingga pemesanan mesin dan konstruksi fisik tertunda enam bulan," kata Erwin, Selasa (24/3). Menurut Erwin, akibat krisis ekonomi global pihak China Development Bank menginginkan tambahan syarat dan kondisi sebelum bersedia memberikan pinjaman. Termasuk soal bunga. "Tapi konstruksi pekerjaan sipil untuk pelabuhan dan jalan raya sudah kita lakukan pakai kas internal. Sudah keluar sekitar Rp 32 miliar. Lalu untuk batubara, saya rasa tidak akan sulit karena batubara yang dibutuhkan kalori rendah. Kita sudah melakukan pembicaraan awal dengan Adaro, Arutmin dan pemain besar lain untuk mencukupi kebutuhan 1,2 juta ton per tahun PLTU Jeneponto," katanya. Adalah PT Bosowa Energy, anak usaha Bosowa Corporation yang akan melakukan konstruksinya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Konstruksi Pembangkit Bosowa Tersendat Pendanaan
JAKARTA. Bosowa Corporation terpaksa harus gigit jari. Rencana pembangunan pembangkit listrik mereka di Jeneponto, Sulawesi Selatan sebesar 2x100 MW terpaksa ditunda karena kesulitan pendanaan. Padahal, pembangkit bertenaga batubara tersebut sedianya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik semen mereka di sana. Erwin Aksa Mahmud, Presiden Direktur Bosowa Corporation menjelaskan, saat ini pihaknya terus melobi China Development Bank untuk mau merealisasikan pinjamannya sebesar US$ 140 juta. Pasalnya tanpa pencairan pinjaman dari China, Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sudah berkomitmen meminjamkan US$ 60 juta dari total kebutuhan US$ 200 juta untuk proyek tersebut juga tidak akan mencairkan pinjamannya. "Kami sedang finalkan pinjaman offshore-nya dari China Development Bank. Pinjaman itu diperlukan untuk pemesanan mesin dan konstruksi. Tetapi karena krisis, pinjaman itu tertunda. Sehingga pemesanan mesin dan konstruksi fisik tertunda enam bulan," kata Erwin, Selasa (24/3). Menurut Erwin, akibat krisis ekonomi global pihak China Development Bank menginginkan tambahan syarat dan kondisi sebelum bersedia memberikan pinjaman. Termasuk soal bunga. "Tapi konstruksi pekerjaan sipil untuk pelabuhan dan jalan raya sudah kita lakukan pakai kas internal. Sudah keluar sekitar Rp 32 miliar. Lalu untuk batubara, saya rasa tidak akan sulit karena batubara yang dibutuhkan kalori rendah. Kita sudah melakukan pembicaraan awal dengan Adaro, Arutmin dan pemain besar lain untuk mencukupi kebutuhan 1,2 juta ton per tahun PLTU Jeneponto," katanya. Adalah PT Bosowa Energy, anak usaha Bosowa Corporation yang akan melakukan konstruksinya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News